Klasifikasi
batu pasir menurut Pettijohn:
Pada umumnya, klasifikasi batupasir
menurut Pettijohn (1987), Folk (1974), dan Gilbert (1982) merupakan klasifikasi
yang didasarkan oleh komposisi batupasir tersebut. Adapun komposisi batupasir
ini adalah butiran (terdiri dari fragmen batuan, kuarsa, dan feldspar),
matriks, dan semen. Hasil dari klasifikasi ini menghasilkan beberapa jenis
penamaan batupasir, yaitu batupasir kuarsa (quartz arenite), batupasir arkose
(arkoses), batupasir litik (litharenites), batupasir wacke (greywacke).
·
Batupasir Kuarsa (Quartz Arenites): berasosiasi dengan sedimen
eolian, beach, shelf (lingkungan kerak stabil), tingkat kematangan: matang
(mature) hingga sangat matang (supermature), interbedded dengan shallow marine
limestone, umumnya memiliki struktur sedimen lapisan bersilang, mineralogi
kuarsa, rijang kuarsit lebih dari 90%, semen silika, karbonat, hematit. batu
pasir yang 90% butirannya tersusun dari kuarsa. Butiran kuarsa dalam batu pasir
ini memiliki pemilahan yang baik dan ukuran butiran yang bulat karena terangkut
hingga jarak yang jauh. Sebagian besar jenis batu pasir ini ditemukan pada
pantai dan gumuk pasi
·
Batupasir Arkose (Arkoses): memiliki butiran feldspar
dengan persentase yang tinggi, warnanya merah atau merah muda, lingkungan
non-marine (sering fluviatil pada iklim semi-arid), tingkat kematngan: matang
(mature) atau submatang (submature), mineralogi: kuarsa < 90% (rata-rata
50-60%), feldspar > fragmen litik 10-75% (rata-rata 20-40%), semen karbonat,
silika, feldspar, hematit, mineral sulfat (barit, pirit, mineral lempung). Arkose
adalah batu pasir yang memiliki 25% atau lebih kandungan feldspar. Sedimen yang
menjadi asal mula dari Arkose ini biasanya hanya mengalami sedikit perubahan
secara kimia. Sebagian arkose juga memiliki sedikit butiran-butiran yang bersifat coarse karena jarak pengangkutan
yang relatif pendek.
·
Batupasir Litik (Litharenites): penamaan tergantung dari jenis
fragmen butiran yang hadir, lingkungan deltaik atau fluviatil, mineralogi
fragmen litik 10-80%, feldspar, kuarsa, semen karbonat, silika, mineral
lempung, oksida besi, pirit, matriks lempung / klorit (kalau ada).

·
Batupasir wacke (Greywacke): sebagian besar keras dan
berwarna abu-abu gelap dengan matriks melimpah, feldspar dan butiran litik
umumnya hadir, diendapkan oleh arus turbidit pada cekungan air dalam,
menunjukkan struktur sedimen turbidit. raywacke adalah salah satu tipe dari
batu pasir yang 15% atau lebih komposisinya adalah matrix yang terbuat dari
lempung, sehingga menghasilkan sortasi yang jelek dan batuan menjadi berwarna
abu-abu gelap atau kehijauan.

Pengertian Batuan
Karbonat
Menurut Pettijohn
(1975), batuan karbonat adalah batuan yang fraksi karbonatnya lebih besar dari
fraksi non karbonat atau dengan kata lain fraksi karbonatnya >50%. Apabila
fraksi karbonatnya <50% maka, tidak bisa lagi disebut sebagai batuan
karbonat
Komposisi Kimia dan
Mineralogi Batuan Karbonat
Mineralogi dan
Komposisi kimia batuan karbonat tidak memperlihatkan lingkungan pengendapan,
tetapi penting sebagai derajat diagenesa rekristalisasi dan penggantian kalsium
karbonat (Graha, 1987).
a. Aragonit : CaCO3
(Ortorombik)
Bentuk yang paling
tidak stabil, sering dalam bentuk serabut. Jarum-jarum aragonit biasanya
diendapkan secara kimiawi, dari prespitasi langsung dari air laut. Diagenesanya
berubah menjadi kalsit, juga organisme membuat rumah (test) dari aragonit
seperti moluska.
b. Kalsit : CaCO3
(Heksagonal)
Mineral ini lebih
stabil, dan biasanya merupakan hablur yang baik. Terdapat sebagai
rekristalisasi dari aragonit, sering merupakan cavity filling atau semen, dalam
bentuk kristal – kristal yang jelas. Kebanyakan gamping terdiri dari kalsit.
c. Dolomit : CaMg
(CO3)2
Juga merupakan mineral
penting, terutama sebagai batuan reservoir, kristal sama dengan kalsit
berbedanya pada bidang refraksi dari kalsit. Terjadi secara primer (precipitasi
langsung dari air laut), tetapi kebanyakan hasil dolomotisasi dari kalsit.
d. High Magnesium
Kalsit
Larutan padat dari
MgCO3 dalam kalsit. Tidak begitu banyak
terdapat, sering merupakan batuan dolomit Ls.
e. Magnesit : MgCO3
Biasanya berasosiasi
denga evaporit.
Pengertian
Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang mempunyai komposisi yang dominan
(lebih dari 50%) terdiri dari garam-garam karbonat, yang dalam prakteknya
secara umum meliputi Batugamping dan Dolomit.
Proses Pembentukannya
dapat terjadi secara insitu, yang berasal dari larutan yang mengalami proses
kimiawi maupun biokimia dimana pada proses tersebut, organism turut berperan,
dan dapat pula terjadi butiran rombakan yang telah mengalami transportasi
secara mekanik dan kemudian diendapkan pada tempat lain, dan pembentukannya
dapat pula terjadi akibat proses diagenesa dari batuan karbonat yang lain (sebagai
contoh yang sangat umum adalah proses dolomitisasi, dimana kalsit berubah
menjadi dolomite).
Seluruh proses
pembentukan batuan karbonat tersebut terjadi pada lingkungan laut, sehingga
praktis bebas dari detritus asal darat.
Batuan karbonat
memiliki nilai ekonomi yang penting, sebab mempunyai porositas yang
memungkinkan untuk terkumpulnya minyak dan gas alam, terutama batuan karbonat
yang telah mengalami proses dolomitisasi, sehingga hal ini menjadikan perhatian
khusus pada geologi minyak bumi. Disamping sebagai reservoir minyak dan gas
alam, batuan karbonat juga dapat berfungsi sebagai reservoir airtanah, dan
dengan adanya porositas dan permeabilitasnya serta mineral-mineral batuan
karbonat yang mudah untuk bereaksi maka batuan karbonat dapat menjadi tempat
berkumpulnya endapan-endapan bijih.
Karena pantingnya
Batuan karbonat sebagai batuan yang dapat menyimpan mineral ekonomis maka
penting untuk mengatahui genesa, dan energi yang mempengaruhi pembentukan
batuan karbonat tersebut, sehingga dapat diperoleh gambaran untuk kegiatan
eksplorasi.
1. Gamping sering juga
merupakan reservoir yang sangat baik, terutama dalam asosiasinya dengan oolit,
dan sering disebut sebagai kalkarenit.
Jadi jelas, bahwa
batuan reservoir yang terdapat di dalam oolit itu merupakan pengendapan
berenergi tinggi dan didapatkan dalam jalur sepanjang pantai dengan arus
gelombang kuat. Porositas yang didapatkan biasanya ialah jenis porositas
intergranular, yang kadang-kadang diperbesar oleh adanya pelarutan. Batuan
reservoir oolit terdapat misalnya di cekungan Illinnois ( Amerika Serikat ),
dimana terdapat oolit dalam gamping yang berumur karbonat. Lapisan oolit ini
disebut McClosky sand. Batuan ini terdiri daripada oolit yang kadang-kadang
bersifat dolomit. Contoh yang paling penting adalah di Saudi Arabia yaitu dari
Formasi Arab berumur jura muda, terutama dari anggota D.
2. Dolomit
Dolomit
merupakan batuan reservoir yang jauh lebih penting dari jenis batuan karbonat
lainnya. Harus di ingat pula, bahwa kebanyakan dari batuan karbonat seperti
oolit ataupun terumbu sedikit banyak pula telah ikut didolomitasikan. Cara
terjadinya dolomit ini tidak begitu jelas, tetapi pada umumnya dolomit ini
bersifat sekunder atau sedikit banyak terbentuk setelah proses sedimentasi.
Salah satu teori yang menyebutkan pembentukan porositas pada dolomit yaitu
porositas timbul karena dolomitisasi batuan gamping sehingga molekul kalsit
diganti dengan molekul dolomit, dan karena molekul dolomit lebih kecil daripada
molekul kalsit maka hasilnya akan merupakan pengecilan volume sehingga tidak
timbulah rongga-rongga.dolomit biasanya mempunyai porositas yang baik berbentuk
sukrosit yaitu berbentuk menyerupai gula pasir. Rupa-rupanya dolomit ini
terbentuk karena pembentukan kristal dolomit yang bersifat euhedron dan tumbuh
secara tidak teratur diantara kalsit.
Pengertian
batu Shale adalah batuan sedimen yang bertekstur klastik dimana teksturnya ini
halus dengan ukuran butir 1/16 hingga 1/256 milimeter. Struktu batuan ini
adalah non stratified namun struktur khususnya yaitu lebih banyak paralel
lamination meskipun ada juga sumber yang mengatakan bahwa batu ini berstruktur
mud cracks. Komposisi mineralnya umumnya
tersusun dari mineral-mineral lempung, kuarsa, opal, kalsedon, klorit, dan
bijih besi. Shale dibedakan menjadi dua tipe batuan, yaitu batu lanau dan batu
lempung atau serpih. Batu lanau memiliki butiran yang berukuran anara batu
pasir dan batu serpih, sedangkan batu lempung memiliki chiri khas mudah
membelah dan bila dipanasi menjadi plastis.Batu lempung biasanya tidak dianggap
sebagai batuan reservoir karena porositas dan permeabilitasnya kecil tetapi di
beberapa tempat batu lempung dapat menghasilkan minyak atau gas. Pada umumnya
unsur penyusun batuan shale terdiri dari kurang lebih 58 % silicon dioxide
(SiO2), 15 % alumunium oxide (Al2O3), 6 % iron oxide (FeO) dan Fe2O3, 2 %
magnesium oxide (MgO), 3 % calcium oxide (CaO), 3 % potassium oxide (K2O), 1 %
sodium oxide (Na2O), dan 5 % air (H2O). Sisanya adalah metal oxide dan anion,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar