Sabtu, 24 Oktober 2015

Klasifikasi Batu Pasir dan Karbonat

Klasifikasi batu pasir menurut Pettijohn:

Pada umumnya, klasifikasi batupasir menurut Pettijohn (1987), Folk (1974), dan Gilbert (1982) merupakan klasifikasi yang didasarkan oleh komposisi batupasir tersebut. Adapun komposisi batupasir ini adalah butiran (terdiri dari fragmen batuan, kuarsa, dan feldspar), matriks, dan semen. Hasil dari klasifikasi ini menghasilkan beberapa jenis penamaan batupasir, yaitu batupasir kuarsa (quartz arenite), batupasir arkose (arkoses), batupasir litik (litharenites), batupasir wacke (greywacke).

·                     Batupasir Kuarsa (Quartz Arenites): berasosiasi dengan sedimen eolian, beach, shelf (lingkungan kerak stabil), tingkat kematangan: matang (mature) hingga sangat matang (supermature), interbedded dengan shallow marine limestone, umumnya memiliki struktur sedimen lapisan bersilang, mineralogi kuarsa, rijang kuarsit lebih dari 90%, semen silika, karbonat, hematit. batu pasir yang 90% butirannya tersusun dari kuarsa. Butiran kuarsa dalam batu pasir ini memiliki pemilahan yang baik dan ukuran butiran yang bulat karena terangkut hingga jarak yang jauh. Sebagian besar jenis batu pasir ini ditemukan pada pantai dan gumuk pasi

·                     Batupasir Arkose (Arkoses): memiliki butiran feldspar dengan persentase yang tinggi, warnanya merah atau merah muda, lingkungan non-marine (sering fluviatil pada iklim semi-arid), tingkat kematngan: matang (mature) atau submatang (submature), mineralogi: kuarsa < 90% (rata-rata 50-60%), feldspar > fragmen litik 10-75% (rata-rata 20-40%), semen karbonat, silika, feldspar, hematit, mineral sulfat (barit, pirit, mineral lempung). Arkose adalah batu pasir yang memiliki 25% atau lebih kandungan feldspar. Sedimen yang menjadi asal mula dari Arkose ini biasanya hanya mengalami sedikit perubahan secara kimia. Sebagian arkose juga memiliki sedikit butiran-butiran yang  bersifat coarse karena jarak pengangkutan yang relatif pendek.


·                     Batupasir Litik (Litharenites): penamaan tergantung dari jenis fragmen butiran yang hadir, lingkungan deltaik atau fluviatil, mineralogi fragmen litik 10-80%, feldspar, kuarsa, semen karbonat, silika, mineral lempung, oksida besi, pirit, matriks lempung / klorit (kalau ada).
·                     Batupasir wacke (Greywacke): sebagian besar keras dan berwarna abu-abu gelap dengan matriks melimpah, feldspar dan butiran litik umumnya hadir, diendapkan oleh arus turbidit pada cekungan air dalam, menunjukkan struktur sedimen turbidit. raywacke adalah salah satu tipe dari batu pasir yang 15% atau lebih komposisinya adalah matrix yang terbuat dari lempung, sehingga menghasilkan sortasi yang jelek dan batuan menjadi berwarna abu-abu gelap atau kehijauan.
Pengertian Batuan Karbonat
Menurut Pettijohn (1975), batuan karbonat adalah batuan yang fraksi karbonatnya lebih besar dari fraksi non karbonat atau dengan kata lain fraksi karbonatnya >50%. Apabila fraksi karbonatnya <50% maka, tidak bisa lagi disebut sebagai batuan karbonat
Komposisi Kimia dan Mineralogi Batuan Karbonat
Mineralogi dan Komposisi kimia batuan karbonat tidak memperlihatkan lingkungan pengendapan, tetapi penting sebagai derajat diagenesa rekristalisasi dan penggantian kalsium karbonat (Graha, 1987).
a. Aragonit : CaCO3 (Ortorombik)
Bentuk yang paling tidak stabil, sering dalam bentuk serabut. Jarum-jarum aragonit biasanya diendapkan secara kimiawi, dari prespitasi langsung dari air laut. Diagenesanya berubah menjadi kalsit, juga organisme membuat rumah (test) dari aragonit seperti moluska.
b. Kalsit : CaCO3 (Heksagonal)
Mineral ini lebih stabil, dan biasanya merupakan hablur yang baik. Terdapat sebagai rekristalisasi dari aragonit, sering merupakan cavity filling atau semen, dalam bentuk kristal – kristal yang jelas. Kebanyakan gamping terdiri dari kalsit.
c. Dolomit : CaMg (CO3)2
Juga merupakan mineral penting, terutama sebagai batuan reservoir, kristal sama dengan kalsit berbedanya pada bidang refraksi dari kalsit. Terjadi secara primer (precipitasi langsung dari air laut), tetapi kebanyakan hasil dolomotisasi dari kalsit.
d. High Magnesium Kalsit
Larutan padat dari MgCO3  dalam kalsit. Tidak begitu banyak terdapat, sering merupakan batuan dolomit Ls.
e. Magnesit : MgCO3
Biasanya berasosiasi denga evaporit.
Pengertian Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang mempunyai komposisi yang dominan (lebih dari 50%) terdiri dari garam-garam karbonat, yang dalam prakteknya secara umum meliputi Batugamping dan Dolomit.
Proses Pembentukannya dapat terjadi secara insitu, yang berasal dari larutan yang mengalami proses kimiawi maupun biokimia dimana pada proses tersebut, organism turut berperan, dan dapat pula terjadi butiran rombakan yang telah mengalami transportasi secara mekanik dan kemudian diendapkan pada tempat lain, dan pembentukannya dapat pula terjadi akibat proses diagenesa dari batuan karbonat yang lain (sebagai contoh yang sangat umum adalah proses dolomitisasi, dimana kalsit berubah menjadi dolomite).
Seluruh proses pembentukan batuan karbonat tersebut terjadi pada lingkungan laut, sehingga praktis bebas dari detritus asal darat.
Batuan karbonat memiliki nilai ekonomi yang penting, sebab mempunyai porositas yang memungkinkan untuk terkumpulnya minyak dan gas alam, terutama batuan karbonat yang telah mengalami proses dolomitisasi, sehingga hal ini menjadikan perhatian khusus pada geologi minyak bumi. Disamping sebagai reservoir minyak dan gas alam, batuan karbonat juga dapat berfungsi sebagai reservoir airtanah, dan dengan adanya porositas dan permeabilitasnya serta mineral-mineral batuan karbonat yang mudah untuk bereaksi maka batuan karbonat dapat menjadi tempat berkumpulnya endapan-endapan bijih.
Karena pantingnya Batuan karbonat sebagai batuan yang dapat menyimpan mineral ekonomis maka penting untuk mengatahui genesa, dan energi yang mempengaruhi pembentukan batuan karbonat tersebut, sehingga dapat diperoleh gambaran untuk kegiatan eksplorasi.
1. Gamping sering juga merupakan reservoir yang sangat baik, terutama dalam asosiasinya dengan oolit, dan sering disebut sebagai kalkarenit.
Jadi jelas, bahwa batuan reservoir yang terdapat di dalam oolit itu merupakan pengendapan berenergi tinggi dan didapatkan dalam jalur sepanjang pantai dengan arus gelombang kuat. Porositas yang didapatkan biasanya ialah jenis porositas intergranular, yang kadang-kadang diperbesar oleh adanya pelarutan. Batuan reservoir oolit terdapat misalnya di cekungan Illinnois ( Amerika Serikat ), dimana terdapat oolit dalam gamping yang berumur karbonat. Lapisan oolit ini disebut McClosky sand. Batuan ini terdiri daripada oolit yang kadang-kadang bersifat dolomit. Contoh yang paling penting adalah di Saudi Arabia yaitu dari Formasi Arab berumur jura muda, terutama dari anggota D.
2. Dolomit
Dolomit merupakan batuan reservoir yang jauh lebih penting dari jenis batuan karbonat lainnya. Harus di ingat pula, bahwa kebanyakan dari batuan karbonat seperti oolit ataupun terumbu sedikit banyak pula telah ikut didolomitasikan. Cara terjadinya dolomit ini tidak begitu jelas, tetapi pada umumnya dolomit ini bersifat sekunder atau sedikit banyak terbentuk setelah proses sedimentasi. Salah satu teori yang menyebutkan pembentukan porositas pada dolomit yaitu porositas timbul karena dolomitisasi batuan gamping sehingga molekul kalsit diganti dengan molekul dolomit, dan karena molekul dolomit lebih kecil daripada molekul kalsit maka hasilnya akan merupakan pengecilan volume sehingga tidak timbulah rongga-rongga.dolomit biasanya mempunyai porositas yang baik berbentuk sukrosit yaitu berbentuk menyerupai gula pasir. Rupa-rupanya dolomit ini terbentuk karena pembentukan kristal dolomit yang bersifat euhedron dan tumbuh secara tidak teratur diantara kalsit.
Pengertian batu Shale adalah batuan sedimen yang bertekstur klastik dimana teksturnya ini halus dengan ukuran butir 1/16 hingga 1/256 milimeter. Struktu batuan ini adalah non stratified namun struktur khususnya yaitu lebih banyak paralel lamination meskipun ada juga sumber yang mengatakan bahwa batu ini berstruktur mud cracks.  Komposisi mineralnya umumnya tersusun dari mineral-mineral lempung, kuarsa, opal, kalsedon, klorit, dan bijih besi. Shale dibedakan menjadi dua tipe batuan, yaitu batu lanau dan batu lempung atau serpih. Batu lanau memiliki butiran yang berukuran anara batu pasir dan batu serpih, sedangkan batu lempung memiliki chiri khas mudah membelah dan bila dipanasi menjadi plastis.Batu lempung biasanya tidak dianggap sebagai batuan reservoir karena porositas dan permeabilitasnya kecil tetapi di beberapa tempat batu lempung dapat menghasilkan minyak atau gas. Pada umumnya unsur penyusun batuan shale terdiri dari kurang lebih 58 % silicon dioxide (SiO2), 15 % alumunium oxide (Al2O3), 6 % iron oxide (FeO) dan Fe2O3, 2 % magnesium oxide (MgO), 3 % calcium oxide (CaO), 3 % potassium oxide (K2O), 1 % sodium oxide (Na2O), dan 5 % air (H2O). Sisanya adalah metal oxide dan anion,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar