Sabtu, 24 Oktober 2015

ESSAY DATA PRINT 2015 Ayo Daftarkan Diri Anda Sekarang Juga!

ESSAY

Gunakan tema essay berikut untuk menulis essay pada formulir pendaftaran sesuai status kamu, sbb:
TEMA ESSAY PROGRAM BEASISWA DATAPRINT PERIODE 2 TAHUN 2015

TEMA ESSAY UNTUK PELAJAR (SMP/SMA)
Gadget sebagai media penunjang belajar mengajar

TEMA ESSAY UNTUK MAHASISWA (D3/S1)
Sikap untuk meningkatkan SDM Indonesia agar sejajar dengan negara maju

Peraturan cara penulisan essay:
1. Essay merupakan opini pribadi. Tuangkan ide kamu semenarik mungkin.
2. Penulisan dan tata bahasa sesuai dengan kaidah EYD.
3. Panjang tulisan minimal 100 kata, maksimal 500 kata.
4. Apabila pendaftar menyertakan kutipan atau data tanpa menyertakan sumber/link, maka akan dianggap copy paste dan formulir akan didiskualifikasi oleh panitia.
5. Persyaratan selanjutnya tidak bersifat wajib namun berguna untuk menambah poin penilaian, tuliskan informasi mengenai program beasiswa DataPrint (bukan essay) di blog/forum/media sosial (Facebook, Twitter, Google Plus, dll). Sertakan juga tautan/link ke website beasiswa DataPrint (www.beasiswadataprint.com) dan website DataPrint (www.dataprint.co.id).
Kemudian cantumkan link yang berisi informasi tersebut ke kolom URL BLOG di formulir pendaftaran.
Contoh pencantuman link:
  1. Blog : www.bloginformasi.com/infobeasiswadataprint.html
  2. Facebook : https://www.facebook.com/dataprintindonesia/posts/10152980733423363
  3. Twitter : https://twitter.com/dataprintindo/status/555918646577332224
Cara melihat permalink pada Facebook, lihat cara berikut ini:
permalink

 


Cara melihat permalink pada Twitter, klik pada post yang dimaksud, lihat cara berikut ini:

BEASISWA DATA PRINT 2015

Program beasiswa DataPrint telah memasuki tahun kelima. Setelah sukses mengadakan program beasiswa di tahun 2011 hingga 2014, maka DataPrint kembali membuat program beasiswa bagi penggunanya yang berstatus pelajar dan mahasiswa.  Hingga saat ini lebih dari 1000 beasiswa telah diberikan bagi penggunanya.

Di tahun 2015 sebanyak 500 beasiswa akan diberikan bagi pendaftar yang terseleksi. Program beasiswa dibagi dalam dua periode. Tidak ada sistem kuota berdasarkan daerah dan atau sekolah/perguruan tinggi. Hal ini bertujuan agar beasiswa dapat diterima secara merata bagi seluruh pengguna DataPrint.  Beasiswa terbagi dalam tiga nominal yaitu Rp 250 ribu, Rp 500 ribu dan Rp 1 juta. Dana beasiswa akan diberikan satu kali bagi peserta yang lolos penilaian. Aspek penilaian berdasarkan dari essay, prestasi dan keaktifan peserta.

Beasiswa yang dibagikan diharapkan dapat meringankan biaya pendidikan sekaligus mendorong penerima beasiswa untuk lebih berprestasi. Jadi, segera daftarkan diri kamu, klik kolom PENDAFTARAN pada web ini!

Like dan follow DataPrint di page DataPrint Indonesia dan @dataprintindo.
Pendaftaran periode 1   : 10 Februari – 30 Juni 2015
Pengumuman                : 10 Juli 2015

Pendaftaran periode 2   : 1 Juli – 25 Desember 2015
Pengumuman                : 13 Januari 2016

PERIODE
JUMLAH PENERIMA BEASISWA
@ Rp 1.000.000 @ Rp 500.000 @ Rp 250.000
Periode 1
50 orang
50 orang
150 orang
Periode 2
50 orang
50 orang
150 orang

Pengantar Teknik Perminyakan




BAB I
PENDAHULUAN

Tujuan dari operasi pemboran adalah mengebor, mengevaluasi dan menyelesaikan sumur yang akan menghasilkan minyak dan/atau gas secara efisien dan aman. Lumpur Pemboran (Drilling Fluid, Drilling Mud) merupakan salah satu sarana penting dalam operasi pemboran sumur-sumur minyak dan gas bumi untuk mencapai target yang direncanakan. Pada mulanya orang hanya menggunakan air saja untuk mengangkat cutting dan dengan kemajuan zaman lumpur mulai digunakan.
 Pada bab ini kalian akan mempelajari apa itu lumpur pemboran, mengapa diperlukan lumpur dalam pemboran, dan bagaimana lumpur pemboran bekerja. Lumpur ini berupa larutan (suspensi) berbagai bahan kimia dan mineral didalam air, minyak, gas,udara, atau busa dengan komposisi tertentu, sehingga nampak seperti lumpur dan karena itu diberi nama lumpur pemboran. Lumpur bor ini bekerja dengan jalan disirkulasikan menggunakan pompa lumpur (Mud Pump) yang kuat. Pompa ini adalah jenis Positive Displacemant Piston Pump, beberapa jenis bahkan dapat memproduksi tekanan hingga 5.000 psi. Pompa digerakkan dengan mesin diesel atau motor listrik. Untuk menghasilkan tekanan yang diperlukan dan laju aliran untuk kondisi khusus, misalnya untuk menggerakkan mud motor, diperlukan ukuran piston dan liner yang tepat. Ukuran nozzle bit juga dipilih yang sesuai. Hal ini disebut sebagai hydrauilic optimization, dan ini adalah untuk mendapat tingkat efisiensi pemboran.
Setelah didapatkan tekanan lumpur pada tekanan yang diperlukan,lumpur kemudian mengalir ke stand pipe, pipa vertikal yang ditempatkan pada kaki derrick, kemudian melalui kelly hose (rotary hose), melalui swivel dan turun ke kelly. Lumpur kemudian masuk ke dasar lubang sumur melalui pipa bor.

Bit umumnya mempunyai dua atau tiga nozzle (lubang jet) yang akan menaikkan kecepatan aliran lumpur menjadi hight velocity. Kecepatan jet lumpur ini akan menggosok dasar lubang bor untuk menjaga agar bit cutter tetap bersih dan menjaga agar bit tetap mendapatkan permukaan batuan yang segar untuk kemudian dibor. Dari dasar lubang, lumpur naik kepermukaan melalui annulus (ruang antara pipa bor dan dinding sumur) sambil membawa tahi bor (cuttings) yang dihasilkan bit.
Dipermukaan terdapat tangki-tangki pengendap dan alat-alat pemisah (Solid Control Equipment) untuk memisahkan dan membersihkan lumpur dari cuttings, untuk kemudian disirkulasikan kembali kedalam lubang bor. Lumpur juga memiliki potensi energi yang berasal dari bahan-bahan kimia dan mineral yang dikandungnya (potensi fisiko-kimia) untuk menjalankan fungsi internal seperti menigkatkan kekentalan, berat jenis (tekanan hydrostatis), gel strength (mencegah pengendapan cutting) dsb. Dipermukaan terdapat tangki-tangki pengendap dan alat-alat pemisah (Solid Control Equipment ) untuk memisahkan dan membersihkan lumpur dari cuttings, untuk kemudian disirkulasikan kembali kedalam lubang bor

I.1. Tempat Persiapan (preparation area)
Tempat persiapan lumpur pengeboran terdiri dari peralatan-peralatan yang diatur untuk memberikan fasilitas persiapan atau”treatment” lumpur bor. Tempat ini meliputi:

·         Mud house merupakan gudang untuk menyimpan additives
·         Steel mud pits/tank merupakan bakpenampung lumpur dipermukaan terbuat daribaja.
·         Mixing hopper merupakan perlatan yang digunakan untuk menambah additives kedalam lumpur.
·         Chemical mixing barrel merupakan peralatan untuk menambahkan bahan-bahan kimia (chemical) ke dalam lumpur.
·          Bulk storage bins merupakan bins yang berukuran besar di gunakan untuk menambahkan additives dalam jumlah banyak.
·         Water tank merupakan tangki yang digunakan pada tempat persiapan lumpur.
·         Reserve pit merupakan kolam yang besar digunakan untuk menampung serbuk bor dan kelebihan lumpur. Tempat ini merupakan tempat dimana cairan pengeboran dipersiapkan dan dirawat atau di ganti, tergantung dari keadaan di dalam lubang sumur. Perubahan-perubahan mungkin di perlukan antara lain :
v  Agar selalu mendapatkan lubang sumur bor yang baik atau stabil.
v  Untuk membentuk cairan pengeboran yang memiliki jenis yang cukup.
v  Untuk membentuk cairan pengeboran yang mampu mentoleransi kemungkinan kontaminasi dari lubang bor yang sedang ditembus.
v  Untuk mendapat sifat-sifat fluida pengeboran yang baik agar memperoleh sifat aliran yang baik.
v  Untuk mempersiapkan lumpur agar tidak menimbulkan kerusakan pada formasi produktif.

Terdapat 3 macam kerja rutin utama di dalam mempersiapkan lumpur pengeboran yang biasa di lakukan tim pengeboran :
Ø  Persiapan pertama, untuk membuat kekentalan (viskositas) lumpur.
Ø  Mengurangi air tapisan.
Ø  Penambahan bahan-bahan kimia lumpur, untuk membuat perubahan ikatan-ikatan kimia dalam lumpur pengeboran agar memiliki sifat lumpur yang baik.

Mixing Hopper. Peralatan ini berbentuk corong yang dipakai untuk menambahkan bahan lumpur berbentuk tepung kedalam cairan pengeboran pada waktu perawatan lumpur ditangki lumpur. Jenis yang banyak dipakai adalah Hopper jet, yang bekerja berdasarkan prinsip tekanan ruang hampa.

I.2. Rumah Lumpur (Mud house)
Adalah suatu gudang penyimpan bahan lumpur tertutup. Terletak di samping mixing hopper, di area tempat mempersiapkan lumpur. Didalam mud house ini terdapat tumpukan karung berisi bahan-bahan lumpur yang kering yang akan dipakai bila diperlukan didalam program perawatan cairan pengeboran untuk suatu formasi yang sedangdibor.
Gudang ini biasanya diletakan sama tingginya dengan bagian atas dari tangki lumpur, untuk mempermudah jalannya truk pengeboran dan agar bahan-bahan kimia tambahan tersimpan dalam keadaan kering, sehingga mempermudah untuk percampuran bahan lumpur tersebut

Tangki-tangki baja
Untuk lumpur Kotak-kotak baja berbentuk segi empat yang untuk menampung dan mengatur cairan pengeboran setelah keluar dari sumur bor.
Bulk Storage bins
Merupakan bejana tempat menyimpan yang terbentuk corong yang terletak disamping kolam lumpur daerah tempat mempersiapkan lumpur. Tangki-tangki ini berisi bahan-bahan tambahan yang besar seperti bentonite dan bahan-bahan pemberat (barite). Bejana tempat menyimpan bahan lumpur inibekerja berdasarkan prinsip gravitasi (gravity feed).
Tangki Air
Tangki air merupakan tempat menyimpan air yang diperlukan sebagai cadangan/persiapan. Sumber air berasal dari sumur-sumur air atau sumber air lainnya di sekitar lokasi pengeboran.


BAB II
FUNGSI LUMPUR PEMBORAN


II.1 Fungsi utama lumpur pemboran
                        1. Mengontrol tekanan formasi
                        2. Mengangkat cutting
                        3. Mempertahankan stabilitas lubang bor

II.1.1. Mengontrol tekanan formasi
Lumpur pemboran mengontrol tekanan formasi dengan tekanan hidrostatik. Tekanan hidrostatik adalah tenaga desak dengan kolom fluida dikalikan dengan berat fluida dan kedalaman (TVD). Tekanan fluida formasi umumnya adalah sekitar 0,465 psi/ft kedalaman. Pada tekanan yang normal air dan padatan di pemboran telah cukup untuk menahan tekanan formasi ini. Kegagalan mengontrol tekanan formasi mengakibatkan masuknya fluida formasi ke sumur yang mengakibatkan kick Untuk tekanan yang lebih kecil dari normal (subnormal), density lumpur harus diperkecil agar lumpur tidak hilang masuk kedalan formasi. Sebaliknya untuk tekanan abnormal (lebih dari 0,465 psi/ft kedalaman), maka kadang-kadang perlu ditambahkan barite untuk memperberat lumpur pemboran. Tekanan yang diakibatkan oleh kolom lumpur pemboran pada kedalaman D ft dapat dihitung dengan rumus :
Pm= 0,052.pm.D

Dimana :  Pm = tekanan hidrostatik lumpur, psi
    pm = densitas lumpur pemboran, ppg
                  D = kedalaman, feet

Perlu diketahui bahwa rumus diatas adalah berlaku untk keadaan statik. Tekanan pada formasi yang diakibatkan oleh fluida pada saat mengalir adalah tekanan yang dihitung dengan rumus diatas ditambah dengan pressure loss (kehilangan tekanan) pada annulus diatas formasi yang bersangkutan. 

II.1.2. Mengangkut cutting ke permukaan
Mengangkut cutting ke permukaan merupakan fungsi vital lumpur, mengangkut cutting yang dihasilkan oleh pahat melaui annulus.Daya angkut ini terutama dipengaruhi oleh profil aliran lumpur (annular velocity profile), berat jenis, yield point serta gel strength. Apabila cutting tidak segera terangkat dari dasar sumur, maka akan tergiling lembut dan melekat pada bit ( bit balling )dan akan menurunkan efektifitas pemboran Faktor yang mempengaruhi cutting transport :
Ø  Velocity (kecepatan fluida) Meningkatkan velocity dengan meningkatkan pump rate, ukuran borehole, dan ukuran drillstring
Ø  Density meningkatkan kapasitas angkut melalui efek pengapungan (bouyancy) pada cutting
Ø  Viscosity Meningkatkan pembuangan cutting
Ø   Pipe rotation Rotasi akan melempar cutting ke area berkecepatan tinggi pada area dinding lubang bor dengan pipa bor
Ø  Hole angle meningkatnya sudut lubang bor akan mempersulit cutting tranport Fluida pemboran juga harus memiliki kemampuan mengapungkan material cutttng selama proses pemboran berhenti karena pipe connection, bit trips, running logging.
Ø  Kegagalan dalam mengapungkan material akan menyebabkan pengendapan material ke bagian lebih rendah
Ø  Penurunan density lumpur

II.1.3. Mempertahankan stabilitas lubang bor.
 Tekanan hidrostatik lumpur pemboran bertindak seperti mengurung lubang bor. Gaya mengurung diperoleh dari terbentuknya lapisan tipis (mud cake) Lumpur bor yang memproduksi cake berkualitas buruk atau tebal akan menyebabkan stuck pipe, kesulitan dalam running casing, dan menurunkan kualitas penyemenan

II.2 Fungsi lain dari lumpur pemboran
                        1. Menahan sebagian berat pipa
                        2. Mendinginkan dan melumasi bit dan drilling assembly
                        3. Menyalurkan tenaga hidrolik ke bit
                        4. Sebagai medium wireline logging
  5. Memungkinkan dilakukan evaluasi formasi dan pengumpulan data geologi

II.2.1. Menahan sebagian berat pipa.
Gaya apung fluida pemboran (bouyancy) akan menahan sebagian berat dari casing atau pipa bor, persamaan yang digunakan adalah :
Mengalikan BF dengan berat pipa di udara akan mendapatkan berat pipa pada hook load.

II.2.2. Mendinginkan dan melumasi bit dan drilling assembly
Panas dan friksi dapat timbul pada bit dan area antara drillstring dan lubang bor ketika operasi pemboran berlangsung. Konduksi formasi umumnya kecil sehingga sukar menghilangkan panas ini, tetapi dengan aliran lumpur telah cukup untuk mendinginkan sistem. Kontak antara drillstring dan dindng lubang sumur juga dapat menyebabkan torsi (torque) ketika berputar dan seretan (drag) ketika tripping
.
II.2.3. Menyalurkan tenaga hidrolik ke bit
Hydraulic Horsepower (HHP) terjadi pada bit sebagai akibat dari aliran fluida pemboran dan presusure drop melalui bit nozzle. Energi tersebut dikonversi ke tenaga mekanik yang menyingkirkan cutting dari dasar lubang bor dan memperbaiki Rate Of Penetration (ROP)

II.2.4. Sebagai medium wireline logging
Fluida pemboran berbahan dasar udara, air, atau minyak mempunyai sifat karakteristik yang berbeda yang akan mempengaruhi dari pemilihan logging yang sesuai. Fluida pemboran harus dievaluasi untuk keperluan pemilihan program logging yang sesuai

II.2.5. Memungkinkan dilakukan evaluasi formasi dan pengumpulan data geologi.
Pengumpulan dan intepretasi data geologi dari hasil pemboran , coring dan electric log digunakan untuk menentukan nilai ekonomis dari sumur yang sedang dibor. Penetrasi oleh filtrat dari lumpur baik berbahan dasar air atau minyak akan mempengaruhi ketelitian dari perolehan data commersial yang sesungguhnya. Lumpur pemboran dipilih yang dapat mempertahankan kondisi lubang agar dapat diperoleh pengukuran yang teliti.


II.3 Fungsi tambahan lumpur pemboran
                        1. Meminimalkan kerusakan lubang bor
                        2. Mengontrol korosi
                        3. Meminimalkan Loss sirkulasi
                        4. Menurunan kemungkinan stuck pipe
                        5. Meminimalkan kemungkinan pressure loss
                        6. Meminimalkan pengaruh pada lingkungan
                        7. Meningkatkan keamanan dan keselamatan

II.3.1. Meminimalkan kerusakan lubang bor
Kerusakan formasi produktif dapat terjadi akibat lumpur yang buruk. Kerusakan yang terjadi :
Ø  migrasi butiran halus
Ø  invasi padatan
Ø  perubahan wettability

Mengontrol korosi (Corrosion control) dapat menurunkan kegagalan drill string dengan cara menghilankan atau menetralkan kontaminasi zat corrosive Produk pengontrol korosi khusus perlu ditambahkan pada lumpur

Gambar Electrochemical Corrosion Cell


II.3.2. Meminimalkan Loss sirkulasi
Kehilangan lumpur melalui rekahan rekahan dapat menimbulkan biaya mahal dan adanya resiko terjadi blow out, stuck pipe dan kerusakan formasi. Pemilihan lumpur dengan densitas yang rendah dapat mengurangi resiko ini Tipe tipe zona loss sirkulasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

 II.3.3. Menurunan kemungkinan stuck pipe.
Pipe sticking dapat terjadi karena beberapa faktor :
                        – Pembersihan dasar sumur yang buruk
                        – Hole sloughing
                        – Loss sirkulasi
                        Differential pressure sticking
                        Key seating
 
Differential Pipe sticking dapat dikenali ketika pipa bor tidak dapat diputar atau dinaik-turunkan tetapi sirkulasi lumpur berlangsung nornal dengan tekanan yang juga normal. Kondisi-kondisi yang menyumbang terjadinya differential pipe sticking adalah:
                        -  Permeabilitas formasi yang tinggi
                        -  Sudut kemiringan lubang pemboran
                        -  Sifat filtration lumpur yang buruk
                        -  Geometri pipa bor dan lubang sumur
                       
II.3.4. Meminimalkan kemungkinan pressure loss
Penggunaan peralatan permukaan dapat dikurangi dengan mendesain lumpur minim loss yang meningkatkan efisiensi dari tenaga hidraulic

II.3.5. Meningkatkan laju penembusan (ROP)
Penggunaan lumpur yang sesuai dapat meningkatkan laju penembusan dan mengurangi waktu pemboran serta mengurangi problem selama operasi pemboran. Peningkatan laju pemboran juga dapat mengurangi biaya

II.3.6. Meminimalkan pengaruh pada lingkungan
 Lumpur yang sesuai dapat mengurangi pengaruh buruk pada lingkungan sebagai akibat dari penggunaan lumpur bor. Pencemaran pada kasus seperti tumpahan, reklamasi dan biaya pembuangan dapat ditekan dengan kontrol lumpur yang baik.

II.3.7. Meningkatkan keamanan dan keselamatan
Fluida pemboran perlu perancangan dalam hal keamanan akibat tekanan formasi dan akibat dari adanya H2S.

II.4 Kontaminasi Fluida Pemboran
Kontaminan adalah segala sesuatu ternasuk didalamnya, atom/ molekul / compound / senyawa / partikel padatan yang mampu merubah sifat fisika kimia pada fluida yang asli baik berasal dari formasi ataupun dari permukaan semaktu sirkulasi berlangsung. Pengelompokkan Kontaminan;
1. Kontaminan Primer merupakan kontaminan utama dalam pengeboran adalah dari serbuk bor (cutting) saat drilling dari ukuran sebuk yang besar diatas 144 micron sampai 2 mikron dan semen
2. Kontaminan Sekunder berupa serbuk bor yang lebih halus ber ukuran koloid atau super mikro <2 micron
3. Kontaminasi Tersier yang berasal dari air formasi, gas dan minyak yang mengalir bercampur lumpur. Selain dari pada itu dapat pula karena bakteri Organik dan Unorganik.

II.5 Pencegahan dan mengatasi kontaminan
·         Pencegahan dan mengatasi permasalahan mekanis
Pencegahan dan mengatasi dengan sistem ini adalah dengan memisakan dan membuang drill solid. Pemisakan ini yang paling edial adalah membuang seluruh drill solid demikian pertama kali akan masuk tangki lumpur yaitu di shale shaker. Tetapi bila drill solid lolos di shale shaker maka tahap berikutnya diupayakan pemisahan lagi walau berakibat terjadi penurunan ukuran / pecah akibat adanya aliran turbulensi saat proses pemisahan.
Adapun peralatan tersebut adalah:

                         Sand trap
                         Desander
                         Desilter
                         Mud cleaner ( mud conditioner)
                         Centrifuge
                         Cutting Dryer
                         Cooling Tower
                         
II.6 Dampak buruk dari drill solid pada sifat lumpur
                         Menaikkan Density lumpur
                         Menaikkan Viscosity
                         Menambah Filtrate lost dan tebal dari Mud Cake
                         Menaikkan Solid Content
                         Meningkat biaya lumpur
                         Karena waterloss besar, mud cake jadi tebal, sehingga lebih tinggi resiko terjadi Differential Sticking, resiko swab effect, well kick dan dinding lubang borrutuh
                         Torsi dan sangkutan meningkat
                         Erosi dipermukaan peralatan meningkat
                         Menurunkan Usia Bit
                         Meningkat resiko Lost Circulation

                         Menurunkan ROP
                         Menigkatkan resiko Formation Damage
                         Cement Job jelek
                         Meningkatan problem dampak lingkungan

Peralatan Pengendali Solid Dengan Mechanical Separation
                         Gumbo Chain (Gumbo adalah hydrated clays dalan ukuran besar)
                         Shale shaker
                         Sand trap (settlement)
                         Degasser
                         Desander
                         Desilter dan mud cleaner
                         Centrifuge

















BAB III
TIPE – TIPE LUMPUR PEMBORAN

Pada mulanya orang hanya menggunakan air saja untuk mengangkat serpih pemboran. Lalu dengan berkembangnya teknologi pemboran, lumpur mulai digunakan. Untuk memperbaiki sifat-sifat lumpur, zat-zat kimia ditambahkan dan akhirnya digunakan pula udara dan gas untuk pemboran. Sesuai dengan lithologi dan stratigrafi yang berbeda-beda untuk setiap lapangan, serta tujuan pemboran yang berbeda-beda (eksplorasi, pengembangan,kerja ulang) kita mengenal type/sistem lumpur yang berbeda-beda pulaseperti:
                        1. Sistem Lumpur Tak Terdispersi (Non Dispersed). Termasuk diantaranya lumpur tajak untuk permukaan dan sumur dangkal dengan treatment yang sangat terbatas.
                        2. Sistem Lumpur Terdispersi untuk sumur yang lebih dalam yang membutuhkan berat jenis yang lebih tinggi atau kondisi lubang yang problematis. Lumpur perlu didispersikan menggunakan dispersant seperti senyawa Lignosulfonat, Lignite serta Tannin
                        3. Lime Mud (Calcium Treated Mud), sistem Lumpur yang mengandalkan ion-ion Calcium untuk melindungi lapisan formasi shale yang mudah runtuh karena menyerap air.
                        4. Sistem Lumpur Air Garam yang mengandalkan larutan garam (NaCl, KCl)) untuk mengurangi pembasahan formasi oleh air.
                        5. Sistem Lumpur Polymer yang mengandalkan polymer-polymer seperti Poly Acrylate, Xanthan Gum, Cellulosa untuk melindungi formasi dan mencegah terlarutnya cuttings kedalam lumpur bor. Sistem ini dapat ditingkatkan kemampuannya dengan menambahkan garam KCl atau NaCl, sehingga sistem ini disebut Salt Polymer System.

6. Oil Base Mud untuk mengebor lapisan formasi yang sangat peka terhadap air, digunakan sistem lumpur yang menggunakan minyak sebagai medium pelarut. Bahan-bahan kimia yang dipakai haruslah dapat larut atau kompatibel dengan minyak, berbeda dengan bahan kimia yang larut dalam air. Sistem Lumpur ini Sistem Lumpur ini sangat handal melindungi desintefrasi formasi, tahan suhu tinggi, akan tetapi kecuali mahal juga kurang ramah lingkungan (mencemari)
                        7. Sistem Lumpur Synthetis menggunakan fluida sintetis dar jenis ester, ether, dan poly alha olefin, untuk menggantikan minyak sebagai medium pelarut. Lumpur ini sekualitas dengan Oil Based Mud, ramah lingkungan, akan tetapi dianggap terlalu mahal.

III.Komposisi Lumpur Pemboran
 Secara umum lumpur pemboran mempunyai empat komponen atau fasa :
                         Fasa Cairan : minyak atau air
                         Padatan reaktf solid (padatan yang bereaksi dengan air membentuk koloid)
                         Padatan inert solid (zat padat yang tidak bereaksi)dan
                         Zat additif : Bahan-bahan kimia

III.1 Fasa Cairan Lumpur
Ini dapat berupa minyak atau air, air juga dapat dibagi dua, air tawar dan air asin. Sekitar 75% lumpur pemboran menggunakan air. Sedang pada air asin dapat dibagi lagi menjadi air asin jenuh dan air asin tak jenuh. Istilah oil base digunakan bila minyaknya lebih dari 95%.

                       
                         
III.1.1. Oil Base Mud dan Oil Emulsion Mud
Lumpur ini mengandung minyak sebagai fasa kontinyunya. Komposisinya diatur agar kadar airnya rendah (3 – 5%). Lumpur ini tidak sensitif terhadap kontaminant. Tetapi airnya adalah kontaminan karena memberi efek negatif bagi kestabilan lumpur ini. Untuk mengontrol viscositas, menaikkan gel strength, mengurangi efek kontaminasi air dan mengurangi filtrat loss perlu ditambahkan zat-zat kimia. Manfaat oil base mud didasarkan pada kenyataan bahwa filtratnya adalah minyak karena itu tidak akan menghidratkan shale atau clay yang sensitif baik terhadap formasi biasa maupun formasi produktif (jadi dapat digunakan sebagai completion mud). Manfaat lain adalah untuk melepaskan drillpipe yang terjepit, mempermudah pemasangan casing dan liner. Oil base mud ini harus ditempatkan pada tangki baja untuk menghindari kontainasi air, rig juga dipersiapkan agar tidak kotor dan bahaya api berkurang.

Lumpur ini digunakan pada pemboran lapisan shale yang menyusahkan, dan untuk mempertahankan stabilitas sumur. Juga pada sumur dengan sudut deviasi tinggi.
·         Keuntungan: Lumpur ini dapat digunakan pada pemboran sumur dengan temperatur/tekanan tinggi, juga tahan terhadap garam dan H2S
·         Kerugian jika digunakan terus menerus :
                        1. Mahal
                        2. Material pemberat tidak dapat tersuspensi karena kurangnya struktur gel
                        3. Viscositas bervariasi tergantung dari tempat diperolehnya crude oil
                        4. Fluid loss kedalam formasi berlebihan
                        5. Dapat terjadi bahaya kebakaran karena terdiri dari unsur-unsur yang volatil didalam crude oil
                        6. kefektifan penyekatan formasi jelek karena tidak adanya padatan koloidal yang dapat menghasilkan “wall cake”
Untuk mengatasi kerugian-kerugian tersebut, melakukan pengembangan sistem yang sifatnya telah diprediksi sehingga dapat menjaga keefektifan selama operasi pemboran atau komplesi. Penelitian ini dilakukan terhadap dua front utama. Usaha pertama adalah mentreatment minyak sehingga material pemberat dapat tersuspensi. Kedua melibatkan sejumlah emulsifying air yang relatif besar kedalam minyak. Penelitian terhadap kedua front tersebut menghasilkan dua sistem oil base yang secara, umum disebut sebagai true oil mud dan invert emulsion. Kedua sistem tersebut diperoleh dari mud service company. Sistem ini sangat komplek dan harus diawasi oleh orang-orang yang terlatih dalam semua tahap operasi termasuk formulasi, pendesakan, perawatan, prosedur test khusus, peralatan yang hanya digunakan untuk oil base mud dan awal pengenalan problem.

Teknologi oil base mud sangat berbeda dengan water base mud. Pemantauan terhadap sifat-sifat lumur bukan sebagai sesuatu yang dapat diprediksi, terutamajika pengguna lumpur (mud user) tersebut tidak dimengerti atau mengetahui sifat-sifat kimia dari produk yang digunakan atau jika bahan kimia dari yang digunakan berasal dari berbagai supplier yang berbeda jenis produknya. Keanekaragaman bahan kimia yang digunakan untuk oil base mud tampaknya sedikit. Akan tetapi sebenarnya dapat merusak sistem lumpur jika penggunaanya tidak sesuai. Dalam sistem wate base mud, pada umumnya dapat diprediksi pengaruh treatment kimia dan kontaminan terhadap sifat-sifat fisik lumpur, tetapi untuk oil base mud tidak selalu demukian terutama jika orang yang bertugas sebagai pengawas belum mendapatkan latihan yang memadai Meskipun sistem lumpur oil base relatif mahal dibanding dengan lumpur water base, penggunaanya telah semakin meningkat pada dasa warsa yang lalu . Penggunaan sistem lumpur oil base terutama adalah untuk :
                        1. Pemboran yang mengalami problem shale
                        2. Pemboran dalam dan bertemperatur tinggi
                        3. Fluida komplesi
                        4. Fluida workover
                        5. Fluida packer
                        6. Fluida perendam untuk pipa terjepit

Emulsi didefinisikan sebagai dispersi suatu fluida, yang terdiri dari fasa internal dalam fluida yang lain, dan fasa eksternal atau fasa kontinyu. Emulsi terdiri dari 2 jenis cairan yang tidak dapat tercampur dengan yang lain, tetapi fasa internalnya terdispersi dalam fasa kontinyu dalam bentuk butiran-butiran kecil Jika butir-butir air terdispersi dalam minyak

Maka akan terbentuk water in oil emulsion, jika butir-butir minyak terdispersi dalam air, maka akan menghasilkan oil in water emulsion.
Ada 3 istilah yang sering muncul dalam literatur lumpur pemboran yaitu : oil-emulsion mud, oil-base mud dam invert emulsion mud. Istilah “oil-emulsion mud” hanya digunakan untuk oil in water system. Oil base mud biasanya mengandung 3-5% air yang teremulsi dalam minyak sebagai fasa kontinyu. Invert emulsion mud dapat mengandung sampai 80% air (walapun secara umum sekitar 50%) teremulsi dalam minyak. Sedangkan 2 yang terakhir adalah water in oil emulsion.
Oil Emulsion Mud dan oil base mud mempunyai minyak sebagai fasa kontinyu dan air sebagai fasa tersebar. Umumnya oil base emulsion mud mampunyai faedah yang sama seperti oil base mud, yaitu filtratnya adalah minyak. Perbedaanya dengan oil base mud adalah air ditambahkan sebagai tambahan yang bermanfaat dan bukan sebagai kontaminasi. Air yang teremulsi dapat berkisar antara 15 – 50% volume, tergantung density dan temperatur yang temperatur yang dihadapi dalam pemboran. Karena air merupakan bagian dari lumpur ini maka lumpur mempunyai sifat-sifat berbeda dari oil base mud yaitu ia dapat mengurangi bahaya api, tolerant terhadap air, dan pengontrolan flow propertiesnya dapat seperti water base mud.

Gambar Emulsi
Komposisi Lumpur minyak (Oil mud)
Produk dasar yang diperlukan untuk formasi baik oil base mud ataupun invert emulsion system adalah sebagai berikut :
                        a. Diesel oil atau nontoxic mineral oil
                        b. Air
                        c. Emulsifier
                        d. Wetting agent
                        e. Oil-wettable organophillic clay
                        f. Lime
                        g. Barite/Hematite

Produk-produk pelengkap meliputi :
                        1. Calcium Chloride/sodium chloride
                        2. Asphaltenes
                        3. Oil-wettable lignites
                        4. Calcium carbonate
                        5. Thinner

Prosedur Pencampuran Diesel Oil Base Mud
Berikut ini adalah prosedur pencampuran berdasarkan asumsi bahwa fasilitas penyimpanan dan pencampuran tersedia dilokasi pemboran :
1. Larutatkan sodium atau calcium chloride secukupnya dalam air pada tangki pencampur terpisah.
2. Tambahkan volume diesel oil atau nontoxic sesuai dengan kebutuhan ke dalam tangki pencampur utama.
3. Tambahkan sedikit demi sedikit basic emulsifier kedalam diesel oil atau nontoxic oil pada waktu sirkulasi melalui hopper.
4. Pada waktu sirkulasi tambahkan sedikit demi sedikit sekitar setengah air sodium atau calcium chloride dalam campuran diesel oil/nontoxic oil emulsifier.
5. Tambahkan lime melalui hopper
6. Tambahkan emulsifier tambahan dan wetting agent
7. Sirkulasikan sistem dengan kuat, menggunakan lumpur gum sampai test terbentuk emulsi yang stabil.
8. Tambahkan material pemberat secukupnya.

Prosedur Pendesakan

Prosedur pendesakan merupakan tujuan utama untuk meminimalkan kontaminasioil base mud dengan lumpur yang sedang didesak (biasanya berupa lumpur water base ) dan dengan filter cake dari dinding lubang bor. Langkah pertama adalah mengkondisikan lumpur yang akan didesak agar harga gel strength dan yield point berkurang. Langkah berikutnya adalah menyiapkan spacer, yaitu berupa gelled diesel oil untuk memisahkan fluida pendesak dan lumpur yang akan didesak. Beberapa perusahaan telah mengembangkan spacer yang dapat dipercepat baik digunakan pada penyemenan maupun pendesakan oil base mud. Spacer tersebut kadang-kadang merupakan campuran dari emulsifier dan wetting agent yang tidak membentuk gel strength yang tinggi pada bidang antara oil dan water base mud. Metoda pendesakan yang lainya adalah menggunakan spearhead dengan highly viscous bentonite dan diikuti oleh diesel oil dan fluida pendesak. Faktor ketiga dalam proses pendesakan adalah laju pemompaan. Pada umumnya, pendesakan harus menggunakan aliran turbulen. Disamping itu juga dilakukan dengan memutar dan menaik-turunkan drill string.

Sifat – sifat fisik lumpur minyak
Pemantauan sifat-sifat fisik oil base mud sangat penting. Meskipun sistem lumpur dipersiapkan secara memadai, tetapi biasanya menunjukan adanya perubahan sifat-sifat tersebut. Oleh karena itu, trend sifat-sifat fisik harus dipantau dan jika perlu dilakukan koreksi-koreksi sebelum terjadi problem yang serius.


High Temperature/High pressure (HTHP) Fluid Loss
Pengontrolan fluid loss dari oilo base mud bukan merupakan problem yang umum karena bahan –bahan yang digunakan formulasinya sistem lumpur tersebut dan micellar emulsion sangat efektif untuk

menyekat ruang pori yang sangat kecil. API fluid loss lumpur minyak biasanya mendekati nol. HTHP fluid loss dari oil mud dan invert system bervariasi antara 15 sampai 30 cc/menit. Telah lama disadari bahwa bahan-bahan koloid dalam lumpur mempunyai pengaruh merusak terhadap laju penembusan . studi microbit oleh fonenot oleh Simpson dan hasil uji lapangan yang dilaporkan oleh O’brien et al. Menunjukan bahwa pengurangan kadar koloid dari sistem oil base mud dapat menaikan laju penembusan. Karena fluid loss yang sangat rendah dan laju penembusan yang sangat rendah telah terjadi ciri dari lumpur minyak. HTHP fluid loss test dilakukan dilaboratorium dengan menggunakan tekanan 750 psi pada fluida dengan back pressure 250 psi pada tabung penerima untuk mencegah flashing atau penguapan dari filtrat minyak. Beberapa peralatan uji lapangan menggunakan 600 psi dan 100 psi back pressure untuk memperoleh perbedaan tekanan 500 psi. Penampang melintang HTHP cell adalah setengah dari regular API fluid loss cell, sehingga volume filtrat yang terkumpul harus dikalikan dua. Uji temperatur dan tekanan harus selalu dilaporkan dengan volume filtrat terkoreksi.

Sifat-sifat Aliran
Sifat-sifat aliran (plastic viscocity,yield point, gel strength) dipengaruhi oleh banyaknya dan ukuran butir-butir air yang teremulasi dalam minyak ; jumlah , ukuran dan kondisi total padatan yang terkandung didalam sistem lumpur, dan elektrokimia dan interaksi fisik dari padatan, air, dan hadirnya minyak,. Sifat-sifat aliran lumpur minyak dikembangkan padatan 4 metoda dasar :
                        1. Sabun yang tidak larut, jika dibasahi dengan minyak, membentuk struktur rantai panjang

                        2. Bahan-bahan asphaltic yang menghasilkan viscositas melalui interaksi mekanis
                        3. Organophillic yang menghasilkan viscositas melalui interaksi mekanis
                        4. Butir-butir emulsi yang menyerupai struktur micellar yang sangat kecil.

Pengukuran sifat-sifat aliran sistem oil base pada permukaan dapat memberikan trend yang baik terhadap perubahan fluida, tetapi dapat menyesatkan/keliru jika pengaruh kondisi temperatur dan tekanan pada lubang bor tidak diperhitungkan. Pengukuran sifat-sifat contoh lumpur minyak yang diambil dipermukaan juga dapat memberikan informasi penting terhadap perubahan sistem yang mungkin terjadi, tetapi kondisi lubang bor yang sesungguhnya dapat menyebabkan harga pengukuran dipermukaan terlalu jauh berbeda dengan kondisi didasar lubang bor. Viscositas baik air maupun minyak berkurang dengan naiknya temperatur, tetapi kedua fasa fluida tersebut perilakunya sangat berbeda dengan naiknya tekanan. Viscositas air tetap tidak berubah dengan naiknya tekanan, tetapi viscositas diesel oil, sebagai contoh, naik secara tajam dengan bertambahnya tekanan.

Oil-Water Ratio
Seperti telah dijelaskan dimuka, bahwa sistem oil base mempunyai fasa eksternal minyak dan fasa internal air, yang bervariasi dari 5% vol sampai sekitar 50% vol. Jika campuran dari kedua fasa tersebut diputus secara mekanis dengan hadirnya emulsifier yang memadai, air akan terdispersi dalam butir-butir yang sangat kecil, yang disebut sebagai colloidal micelles. Mereka mempunyai pengaruh yang sama terhadap viscositas yang diperoleh jika koloid ditambahkan kedalam lumpur water base. Oleh karena itu naiknya kadar air atau berkurangnya oil water ratio akan menyebabkan naiknya viscositas, sedangkan dengan bertambahnya kadar minyak untuk mengatur viscositas oil base mud biasanya tidak dilakukan kecuali untuk kondisi khusus.

Dalam perencanaan oil base mud, cara terbaik adalah dimulai dengan oil water ratio minimum dan mencoba menjaga ratio ini sedekat mungkin selama pemboran berlangsung.

III.1.2. Water Base Mud
Paling banyak digunakan,mudah pembuatannya, murah perawatannya, mudah diformulasikan untuk mengatasi kebanyakan problem pemboran

                         Non Inhibited. Tidak cukup kuat menahan swelling dari clay, biasanya digunakan sebagai Spud Mud
                         Inhibited. Lumayan dapat menahan swelling clay, biasa digunakan pada lapisan clay yang mungkin dapat terjadi hidrasi
                         Polymer Fluid. Mengandalkan makro molekul, dengan atau tanpa pengaruh dari clay.

Fresh Water Mud
Fresh Water Mud adalah lumpur pemboran yang fasa cairnya dalah air tawar dengan kadar garam yang kecil (kurang dari 10.000 ppm = 1% berat garam). Fresh Water Mud terdiri dari :

a) Spud Mud digunakan untuk membor formasi bagian atas bagi conductor casing. Fungsi utamanya mengangkat casing dan membuka lubang di permukaan (formasi atas). Volume yang diperlukan biasnya sedikit dan dapat dibuat dari air dan bentonite atau clay air tawar yang lain. Tambahan bentonite atau clay diperlukan untuk menaikkan viscositas dan gel strength bila membor pada zona-zona loss. Kadang loss circulation material. Density harus kecil saja sekedar cukup menahan tekanan reservoir.
b) Natural Mud dibuat dari pecahan-pecahan cutting dalam fasa air. Sifat-sifatnya bervariasi tergantung dari formasi yang dibor. Umumnya lumpur pemboran tipe ini digunakan untuk pemboran yang cepat seperti pada pemboran pada surface casing (permukaan). Dengan bertambahnya kedalaman pemboran sifat-sifat lumpur pemboran yang lebih baik diperlukan dan natural mud ini ditreated dengan zat-zat kimia dan additif-additif koloidal. Beratnya sekitar 9,1 – 10,2 ppg dan viscositasnya 35 – 45 detik/qt

Salt Water Mud
Lumpur pemboran ini digunakan terutama untuk membor garam massive (salt dome) atau salt stringer (lapisan formasi garam) dan kadang-kadang bila ada aliran air garam yang ikut terbor. Filtrate loss-nya besar dan mud cake-nya tebal bila tidak ditambah organic colloid. pH lumpur dibawah 8, karena itu perlu ditambah preservative untuk menahan fermentasi starch. Jika salt mud-nya mempunyai pH yang lebih tinggi fermentasi terhalang oleh basa. Suspensi ini bisa diperbaiki dengan penggunaan attapulgite sebagai pengganti bentonite. Ada dua tipe Salt Water Mud :

a) Unsaturated Salt Water Mud
Air laut dari lepas pantai atau teluk sering digunakan untuk lumpur yang tak jenuh kegaramannya ini. Kegaraman (salinity) lumpur ini ditandai dengan
                        o Filtrat loss besar kecuali ditreated dengan organic colloid
                        o Gel strength medium-tinggi kecuali ditreated dengan thinner
                        o Suspensi yang tinggi kecuali ditreated dengan attapulgite atau organic colloid
Lumpur ini bisa berbusa (foaming) yang bisa diredusir dengan
                        o Menambahkan soluble surface active agents
                        o Menambah zat kimia untuk menurunkan gel strength

b) Saturated Salt Water Mud
Fasa cair lumpur ini dijenuhkan dengan NaCl. Garam-garam lain dapat pula berada dalam sistem dalam jumlah yang berbeda-beda. Lumpur ini dapat digunakan untuk membor sumur-sumur garam dimana rongga-rongga yang terjadi karena pelarutan garam dapat menyebabkan hilangnya lumpur, dan ini dicegah oleh penjenuhan garam terlebih dahulu pada lumpurnya. Lumpur pemboran ini juga dibuat dengan menambahkan air garam yang jenuh untuk mengencerkan dan pengaturan volume.

III.1.3. PneumaticFluid/Gaseous Drilling Fluid (Berbahan dasar udara/gas)
Digunakan untuk pemboran zona depleted atau area dengan tekanan rendah yang mungkin terjadi, juga didaerah dengan formasi keras dan kering dengan gas atau udara dipompakan pada annulus, salurannya harus rapat tidak boleh bocor.

Keuntungan adalah laju penembusan tinggi, lumpur ini juga baik untuk completion pada zone-zone dengan tekanan rendah. Tetapi adanya formasi air dapat menyebabkan bit balling (bit dilapisi serbuk cutting atau padatan-padatan) yang akan sangat merugikan karena menurunkan Rate of Penetration. Tekanan formasi yang besar tidak mengijinkan penggunaan lumpur jenis ini, juga kemungkinan terjadi loss sirkulasi atau kerusakan formasi produktif . Suatu cara pertengahan antara lumpur cair dengan gas adalah aerated mud drilling dimana sejumlah besar udara (lebih dari 95%) ditekan pada sirkulasi lumpur untuk memperendah tekanan hidrostatik (untuk loss circulation zone)

III.2 Padatan Bahan Dasar Lumpur
·         Reactive Solids yaitu padatan yang bereaksi dengan air membentuk koloid (clay). Padatan ini bereaksi dengan sekelilingnya untuk membentuk koloidal. Dalam hal ini clay air tawar seperti bentonite mengabsorpsi air tawar dan membentuk lumpur. Istilah “yield” digunakan untuk menyatakan jumlah barrel lumpur yang dapat dihasilkan dari satu ton clay agar viscositas lumpurnya 15 cp. Untuk bentonite yieldnya kira-kira 100 bbl/ton. Dalam hal ini bentonite mengabsorpsi air tawar pada permukaan partikel-partikelnya, hingga kenaikan volumenya sampai 10 kali atau lebih, yang disebut “swelling” atau “hidrasi. Untuk salt water clay (attapulgite), swelling akan terjadi baik di air tawar atau di air asin dan karena dipakai untuk pengeboran dengan “salt water muds”. Baik bentonite atau attapulgite akan memberikan kenaikkan viscositas pada lumpur. Untuk oil base mud, viscositas dinaikkan dengan penaikkan kadar air dan penggunaan asphalt.

·         Insert Solids atau padatan yang tidak bereaksi dengan lumpur dapat berupa barite (BaSO4) ataupun galena atau biji besi yang digunakan untuk menaikkan densitas. Inert solids ini dapat juga berasal dari formasiformasi yang dibor dan terbawa lumpur seperti chert, sand atau clay-clay non swelling, dan padatan-padatan seperti bukan disengaja untuk menaikkan densitas lumpur dan perlu dibuang secepat mungkin karena dapat menyebabkan abrasi dan kerusakan pada pompa, dll.

III.3.Bahan Kimia Lumpur
Seperti kita ketahui, berbagai aditif berupa bahan kimia (baik yang diproduksi khusus untuk keperluan lumpur pemboran maupun bahan kimia umum) dan mineral dibutuhkan untuk memberikan karakeristik pada lumpur pemboran. Bahan-bahan tersebut dapat diklasifikasi sebagai berikut:
1. Viscosifiers (bahan pengental) seperti
                         Bentonite,
                         CMC
                         Attapulgite dan
                         polymer
2. Weighting Materials (Pemberat):
                         Barite,
                         Calcium Carbonate,
                         Garam2 terlarut.
3. Thinners (Pengencer):
                         Quobracho (sebagai dispesan)
                         Phosphates
                         Lignosulfonate
                         Lignite
                         Surfactant
                         Poly Acrylate

4. Filtrat Reducers :
                         Starch
                         CMC
                         PAC
                         Acrylate
                         Bentonite
                         Dispersant
5. Loss Circulation Materials :
                         Granular
                         Flake
                         Fibrous
                         Slurries
6. Aditif Khusus:
                         Flocculant
                         Corrosion Control
                         Defoamer
                         pH Control
                         Lubricant

Dalam memilih bahan kimia (additive) lumpur pemboran untuk menentukan komposisi dan perawatan sistem lumpur, maka seorang drilling engineer harus mampu menjawab permasalahan-permasalahan sebagai berikut :
                         Apakah aditif tersebut mempunyai sifat koloid, seperti viscositas dan gel ?
                         Bagaimana toleransi aditif terhadap garam dan kalsium ?
                         Berapakah range penambahan aditif yang direkomendasikan ?
                         Berapa harga bahan kimia yang digunakan ? apakah cukup ekonomis ?
                         Bagaimana cara menjaga kualitas dalam memproduksi aditif ?

Dari berbagai pengalaman menunjukan bahwa bahan kimia/aditif lumpur harus dilakukan pengembangan secara komprehensif agar diskripsi kimia produk aditif-aditif sesuai dengan fungsi seperti yang tercantum dalam klasifikasinya jika suatu produk aditif telah didiskripsikan dengan lengkap, maka dapat dikelompokkan sesuai dengan fungsinya secara cepat. Tabel dibawah ini menunjukan sistem klasifikasi aditif lumpur yang dibagi dalam tujuh kelompok. Berikut akan dijelaskan secara ringkas dari masing-masing kelompok aditif tersebut.

III.3.1. VISCOSIFIER (PENGENTAL)
III.3.1.1. Bentonite (Montmorillonite)
Bentonite (Montmorillonite) secara alamiah dapat berfungsi untuk menaikan viscositas dan menurunkan fluid loss dari lumpur dasar air tawar (freshwater mud), dan jika dimodifikasi fungsinya juga sana jika digunakan dalam air asin maupun oil base mud. Bentonite termasuk anggota kelompok montmorillonite, yang meliputi montmorillonite, beidellite, nontronite, hectorite dan saponite. Biasanya bentonite yang digunakan dalam lumpur pemboran berasal dari Wyoming. South Dakota dan jenis-

jenis montmorillonite lainya. Rumus kimia bentonite adalah 0,33 Na (A11.07 Mg0.33 O3) 0,4 SiO2 H2O. Rumus kimia tersebut menunjukan bahwa ada sejumlah kation sodium dan magnesium digantikan oleh atom aluminium dalam strukturnya. Berbagai macam anggota kelompok Montmorillonite struktur geometris kristalnya satu dengan yang lain hampir sama, tetapi komposisi kimianya berbeda yang disebabkan karena substitusi kimia.


VISCOSIFIER Bentonite Attapulgite Asbestos Polymer Lime or cement

WEIGHTING MATERIAL Barite Iron oxides Galena Calcium carbonat Dissolved salt

VISCOSITY REDUCING CHEMICAL Phosphate Tannate Lignite Lignosulfonate Sodium polyacrylate

FILTRATION LOSS REDUCER Starch CMC Polyanionic cellulose Acrylate Bentonite Dispersant
EMULSIFIER Oil in water Water in oil


LOSS CIRCULAITION MATERIAL Granular Fibrous Flaked Slurry

ADITIF KHUSUS Flocculant Corrosion control defoamer pH control Mud lubricant Antidefferential sticking material
Keterangan : Tabel basis bahan kimia lumpur

III.3.1.2. Attapulgite
Dapat menghasilkan viscositas jika digunakan pada air asin. Viscositas yang dihasilkan oleh attapulgite terjdai antara mekanisme dan tidak terjadi proses hidrasi. Secara kimiawi, attapulgite adalah merupakan hydrous magnesium silicate. Struktur kristalnya yang unik putus menjadi partikel-partikel yang berbentuk seperti jarum pada saat mengalami gaya geser (shearing), dengan tingkat viscositasnya tergantung dari ukuran partikel-partikelnya. Partikel attapulgite yang ukuranya acak cenderung membentuk struktur menumpuk, sehingga menghasilkan viscositas yang penting dalam membersihkan serbuk bor didasar lubang. Akan tetapi partikel-partikel yang berbentuk seperti jarum tersebut tidak dapat berfungsi sebagai filtration control, sehingga untuk mengontrol filtration loss harus ditambahkan bahan-bahan seperti starch atau polyanionic cellulose.

III.3.1.3. Asbestos
Merupakan bahan viscosifier yang sangat efektif baik untuk lumpur air tawar (freshwater mud) maupun lumpur air asin (saltwater mud). Penggunaan mineral asbestos ini harus ekstra hati-hati, karena bersifat carcinogen yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Viscositas yang dihasilkan oleh asbestos diperoleh secara mekanis dari gaya geser (shear) yang dihasilkan oleh struktur tumpukan serat-serat halus. Secara kimiawi, asbestos adalah merupakan calcium magnesium silicate.

III.3.1.4. Polimer
Polimer yang digunakan dalam lumpur pemboran terdiri dari bahan-bahan alami maupun sintetis, dan biasanya mempunyai berat molekul yang tinggi. Polimer adalah merupakan aditif yang terdiri dari sejumlah molekul yang sangat banyak, membentuk perulangan satuan kecil yang disebut sebagai monomer. Polimer digunakan sebagai pengontrol filtration loss, viscositas, flokulasi dan penstabil shale. Polimer yang ditambahkan kedalam lumpur pemboran akan menyebabkan sedikit perubahan kandungan padatan dalam lumpur. Secara umum ada tiga jenis polimer, yaitu :

a) Extender, meliputi sodium polyacrylate (nama prosuknya BENEX) yang dapat berfungsi untuk menaikan viscositas dengan penggumpalan bentonite.
b) Colloidal polymer, meliputi sodium carboxy methyl cellulos (CMC), hydroxyethyl cellulose (HEC) dan starch. (Istilah koloid berasal dari kata dalam bahasa Yunani yang berasal lem). CMC adalah polymer anionik yang dihasilkan dari cellulose yang treatment dengan menggunakan caustic soda dan dengan kemudian monochloro acetate. Berat molekulnya bervariasi antara 50.000 sampai 400.000. HEC dibuat dengan proses yang sama seperti pembuatan CMC, tetapi dengan menggunakan ethylene oxida setelah acustic soda. Kelebihan dari HEC adalah mampu menghidrat air garam. Starch pada dasarnya dihasilkan dari jagung atau kentang dan dibuat seperti agar-agar dengan proses pemanasan dan hydrochloric acid dan akhirnya dikeringkan. Berat molekul starch dapat mencapai 100.000 Starch digunakan untuk menaikan viscositas dan berfungsi sebagai bahan pengontrol air lapisan (filtration loss). Kelemahan dari starch adalah bahwa starch sangat mudah terserang bakteri pada nilai pH yang rendah.
c) Polymer rantai panjang (long chain polymer), meliputi xanthan gum polymer. Xanthan gum polymer adalah larutan biopolymer yang dihasilkan dengan proses bakteri karbohidrat dan mempunyai berat molekul 5.000.000. Xanthan gum polymer sangat mudah diserang bakteri pada temperatur diatas 3000F. Keuntungan dari xanthan gum polymer ini juga tahan terhadap kontaminasi anhidrit, gypsum dan garam.

Karena semua jenis polimer tersebut dibuat secara kimiawi, maka harganya lebih mahal jika dibandingkan dengan bentonite dan bahan-bahan pengental lainya. Akan tetapi polimer tidak menaikan kadar padatan dalam lumpur dan juga tidak menaikan densitas lumpur. Secara umum, lumpur polimer menghasilkan densitas sampai 13 ppg.

III.3.2. Material Pemberat (Weighting Material)
Material pemberat adalah bahan-bahan yang mempunyai spesific gravity tinggi yang ditambahkan kedalam cairan untuk menaikan densitas fluida. Biasanya, material pemberat ditambahkan kedalam lumpur pemboran untuk mengontrol tekanan formasi.

III.3.2.1. Barite (Barium Sulfate)
Barite (BaSO4) adalah bahan mineral alami yang mempunyai spesific gravity antara 4,2 sampai 4,6 dengan indeks kekerasan 3, kualitasnya sangat dipengaruhi oleh kadar kontamin, berwarna putih, abu-abu atau coklat. Pada umumnya barite yang diproduksikan di U.S.A berasal dari arkansas yang ditemukan bercampur dengan silikat, sehingga diperlukan proses pemisahan. Barite yang ditemukan di Missouri bercampur dengan clay dan formasi-formasi lunak, sehingga hanya diperlukan pencucian sebelum dihancurkan.endapan-endapan barite banyak dijumpai diseluruh dunia termasuk Indonesia. Barite digunakan untuk menaikan densitas dari semua jenis lumpur. Densitas lumpur yang tinggi sampai 20 lb/gal dapat diperoleh dengan menambahkan barite seperti yang direkomendasikan dalam API Spesification.

Keuntungan dari penggunaan barite adalah dapat menaikan densitas lumpur sehingga cukup untuk mengontrol tekanan formasi, sedangkan kerugiannya adalah suspensi barite memerlukan viscositas yang lebih tinggi, dan barite dalam packer fluid yang tinggi akan menyebabkan pengendapan, sehingga menyebabkan kesulitan dalam pekerjaan workover.

III.3.2.2. Oksida Besi (Fe2O3)
Oksida besi mempunyai spesific gravity bervariasi antara 4,9 sampai 5,3 dengan indeks kekerasan 7, berwarna coklat sampai hitam. Pada awal sejarah lumpur pemboran, oksida besi banyak digunakan sebagai material pemberat lumpur. Pada perkembangan selanjutnya diketahui bahwa ternyata bahan ini cenderung dapat menaikan filtration loss dan ketebalan mud cake. Selain itu oksida besi ini dapat merusak kulit dan pakaian. Kondisi ini menyebabkan oksida besi sampai saat tidak banyak digunakan. Kerugian yang lain dari penggunaan oksida besi adalah kemungkinan efek abrasi terhadap pahat, drillstring, dan liner pompa lumpur.

III.3.3. Viscosity Reducer/Thinner (Pengencer)

Bahan pengencer (Thinner) lumpur pada prinsipnya digunakan untuk menurunkan viscositas lumpur dengan cara memutus ikatan plat-plat clay melalui tepi (edge) dan muka (face). Bahan pengencer tersebut kemudian menyambungkan dirinya dengan plat-plat clay, sehingga dapat menahan gaya tarik antar lembaran-lembaran clay. Ada berbagai jenis bahan pengencer untuk lumpur pemboran, yaitu :

III.3.3.1. Phosphate
Phosphate bekerja dengan pengabsorbsian pada valensi tepi partikel clay yang terputus,sehingga menghasilkan keseimbangan listrik dan memungkinkan partikel-pertikel mengambang dengan bebas dalam larutan. Pengaruh pendispersian phosphate ini adalah karena muatan negatif plat-plat clay, yang memungkinkan plat-plat saling tolak menolak antara satu dengan yang lain setelah semua valensi tepi putus. Phosphate penggunaannya terbatas dalam lingkungan kontaminasi ion. Jika terdapat ion kalsium atau magnesium, bentuk kompleks polyphosphate atau terbentuk suatu ion metal orthophosphate yang tidak larut.

Keuntungan dari phoaphate adalah karena merupakan thinner yang efektif untuk gel mud pada pemboran dangkal, dan dengan penggunaan yang hanya sedikit sudah efektif. Sedangkan kerugianya adalah :
                         SAPP mempunyai pH 4.8 oleh karena itu, perlu ditambahkan caustic soda (NaOH) atau beberapa aditif hidroksil untuk menjaga pH lumpur diatas 7.0
                         Pada umumnya phosphate hanya dapat stabil pada temperature rendah
                         Phosphate tidak mempunyai kemampuan untuk mengontrol fluid loss, seperti halnya thinner yang lain. Phosphate sebagai bahan pengencer dapat digunakan secara efektif pada berbagai harga pH, tetapi hanya mampu digunakan sampai tercantum 1500F
a) Sodium acid pyrophosphate (SAPP) atau salah satu dihydrogen pryphosphate (Na2H2P2O7) adalah merupakansalah satu dari berbagai jenis phosphate yang banyak digunakan. SAPP mempunyai spesifik gravity 1,85. dalam larutan 10% SAPP mempunyai pH sebesar 4. SAPP berbentuk serbuk berwana putih dengan kandungan impurities yang tidak dapat terlarut. SAPP ini tidak berbahaya bagi kesehatan, tetapi bersifat asam sehingga sangat korosif terhadap besi. SAPP sangat efektif jika digunakan sebagai pengencer pada lumpur alami (natural mud), yaitu lumpur yang teerbentuk dari padatan yang berasal dari formasi, dengan kadar padatan yang rendah, yaitu antara 5% vol sampai 8% vol. SAPP juga snagat efektif untuk menangani kiontaminan calcium . sedangkan kerugian dari penggunaan SAPP adalah sangat rentan terhadap kehadiran kontaminan garam yang dapat menyebabkan naiknya viscositas dan filtration loss, dan SAPP hanya mampu digunakan sampai temperatur 1500F, karena diatas temperatur tersebut akan berubah menjadi orthophosphate yang tidak dapat berfungsi sebagai pengencer.

b) Tetrasodium pyrophasphate atau TSPP (Na2H2P2O7) mempunyai spesific gravity 2,534 dan berbentuk bubuk kristal berwarna putih.Dalam larutan 10% TSPP mempunyai pH sebesar 10. TSPP dibuat dengan pemanasan disodium phosphate. TSPP tidak berbahaya bagi kesehatan, dan sifatnya tidak korosif. TSPP telah banyak digunakan dalam pengondisian sistem lumpur, tetapi penambahan yang berlebihan dapat merusak lumpur dan hanya mampu digunakan sampai temperatur 1500F.
c) Sodium Tetraphosphate STP (Na6P4O13) mempunyai spesific gravity 2,5. bersifat hydroscopic dan tidak berwarna dengan kenempakan seperti serbuk kaca dalam 10% larutan STP mempunyai pH sebesar 7. STP juga dapat digunakan secara efektif seperti jenis phosphate yang lainya, tetapi tidak akan merusak lumpur jika penambahannya berlebihan. Kerugian penggunaan STP adalah tidak dapat stabil dalam waktu yang lama dan hanya mampu digunakan sampai temperatur 1500F.

III.3.3.2. Air
Air lama digunakan sebagai pengencer yang efektif pada lumpur pemboran. Efek pengencer diperoleh dengan mengurangi total konsentrasi padatan lumpur pemboran. Karena penambahan drilled solid pada sistem lumpur sudah menjadi sifat yang umum, maka diperlukan pencairan dengan air atau mengambil padatan-padatan tersebut secara mekanis. Perlu dicatat bahwa air biasanya ditambahkan pada lumpur water base untuk menggantikan air yang hilang kedalam formasi. Jika air yang hilang tersebut tidak digantikan dengan penambahan air, maka viscositas akan naik karena konsentrasi padatan bertambah dan treatment kimia akan terbukti bahwa viscositas tidak dapat turun secara efectif dalam situasi ini.

III.3.4 Fluid Loss Control
digunakan untuk menjaga integritas lubang, melindungi shale yang senitif terhadap air, dan meminimalkan hole washout untuk mencapai casing cement job yang lebih baik. Selain itu, dengan meminimalkan fluid loss dalam formasi produktif akan dapat mengurangi problem analisa log dan meminimalkan kerusakan formasi yang dapat menurunkan produksi.
Secara umum, filtrat loss dalam formasi permeabel adalah tergantung pada distribusi ukuran partikel dan kandungan koloid yang relatif tinggi dalam range 60% kandungan padatan lumpur dalam ukuran diameter 0 – 1 mikron. Sebagai contoh dispersi lumpur pada suatu sumur akan mempengaruhi filtrat loss lebih rendah karena konsentrasinya lebih besar dari ukuran partikel-partikel koloid dibanding dengan lumpur kaolinite atau attapulgite clay. Akan tetapi clay tidak dapat digunakan semata-mata untuk mengontrol fluid loss karena merusak lumpur dimana viscositas fluida akan naik dengan naiknya kandungan clay. Ada berbagai jenis aditif lumpur yang digunakan untuk mengontrol fluid loss. Pada umumnya adotif ini digunakan bersama-sama dengan bentonite, sementara sebagian kecil dapat digunakan secara terpisah pada setiap kandungan clay dalam lumpur.


III.3.4.1. Bentonite
Merupakan aditif multiguna yang membantu dalam mengontrol fluid loss, suspensi barite, dan viscositas untuk kemampuan pembersihan lubang bor. Dalam penambahan yang sedikit, pada range 6% berat cocok untuk mengurangi fluid loss sampai 10 – 12 cc. Ada beberapa kerugian dari penggunaan bentonite sebagai filtration loss reducer, yaitu ;
                         Bentonite tidak cocok digunakan pada konsentrasi ion sodium, kalsium atau potassium yang tinggi tanpa prehidrasi.
                         Bentonite rentan terhadap kontaminasi pada saat pemboran formasi-formasi, seperti garam atau anhydride (CaSO4)
                         Lumpur clay rentan terhadap panas dalam bentuk flokulasi clay yang meningkatkan fluid loss.
                         
III.3.4.2. Starch (Pregelantized)
Dapat berfungsi dengan baik sebagai fluid loss control agent dengan hadirnya ion kalsium atau sodium. Oleh karena itu, aditif ini cocok digunakan untuk lumpur salt water atau lumpur lime. Jika digunakan pre-treated non fermenting starch, maka tidak perlu digunakan bactericide. Kelemahan dari penggunaan strach adalah :
                         Kenaikan viscositas sering terjadi jika menggunakan starch.
                         Harus digunakan bactericide untuk mencegah degradasi jika starch bukan pre-treated
                         Starch rentan terhadap panas diatas 250OF


III.3.5. Emulsifer
Emulsifier memungkinkan terjadinya dispersi mekanis dari dua macam fluida yang saling bercampur, membentuk fasa internal dan eksternal, dan secara kimiawi membentuk emulsi yang stabil. Emulsi adalah suatu sistem campuran dua fasa yang terdiri dari butiran minyak dalam air atau butiran air dalam minyak. Disekeliling cairan disebut sebagai fasa kontinyu. Jika fasa minyak dan air relatif murni, maka butiran-butiran tersebut akan bergabung dan membentuk lapisan pemisah pada saat pengadukan dihentikan. Jika ditambahkan emulsifyng agent, maka akan terdistribusi pada bidang kontak antara butiran dengan fasa kontinyu fasa cair. Tegangan permukaannya berkurang, sehingga butiran-butiran akan saling tolak-menolak satu denganh yang lain dan kondisinya tetap terdispersi. Emulsi yang terjadi dengan cara ini dapat dikelompokan sebagai minyak dalam air atau air dalam minyak, tergantung dari fasa kontinyunya.
Sejumlah kecil minyak (5%vol) dapat dibuat emulsi dalam clay water mud tanpa bahan emulsifier yang mahal. Tetapi emulsi biasanya lebih stabil jika tegangan permukaan diturunkan dengan sedikit emulsifier. Lignite adalah merupakan emulsifier yang efektif dengan perbandingan 5 bagian lignite dan 1 bagian Na(OH). Emulsifier yang berupa sabun (soap-type emulsifier), baik nonionic atau anionic juga dapat digunakan untuk membuat oil-in-water emulsion. Water-in-oil emulsifier adalah merupakan

formulasi yang spesifik untuk menghasilkan “invert” emulsion, dimana butiran-butiran air terdispersi dalam fasa kontinyu minyak. Pada prinsipnya emulsifier adalah aditif yang mempunyai sifat :
                         Heavy molecular weight soap
                         Menaikan tegangan permukaan
                         Menghasilkan emulsi yang stabil
                         Cairan emulsifier bekerja lebih cepat, tetapi tidak membentuk emulsi yang ketat
                         Harus mempunyai stabilitas listrik 350 – 400 volt

III.3.6. Lost Circulation Material
Merupakan material yang ditambahkan baik untuk mencegah lost circulation atau untuk mendapatkan kembali sirkulasi setelah terjadi hilang sirkulasi. Pada umumnya material-material ini digunakan tanpa banyak pertimbangan, yang penting dapat menanggulangi problem hilang lumpur. Problem lost circulation (hilang lumpur) secara umum dibagi menjadi dua kategori yaitu :
                          Kategori pertama adalah problem hilang lumpur kedalam rongga-rongga seperti zona porous, vuggy limestone, shell reefs, gravel beds, atau gua-gua alami.
                          Kategori kedua adalah lost circulation yang terjadi karena terlampuinya compressive strength formasi. Kemungkinan penanganan untuk kategori pertama akan tidak menyelesaikan problem rekah formasi. Maka aditif lumpur harus dibagi menjadi kelompok-kelompok yang dapat diterapkan pada setiap jenis lost circulation tersebut.
Secara umum, tidak ada aditif lumpur yang dapat diaplikasikan dalam rongga-rongga yang besar seperti gua-gua dibawah tanah. “Blind drilling” (pemboran “buta”) dan setting casing string sering digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Akan tetapi, dalam rongga-rongga

yang kecil, material penyumbat dapat secara efektif manutup zona-zona tersebut.
Lost circulation material dapat diperoleh dalam berbagai ukuran dan bentuk untuk digunakan dalam penyumbatan rekahan dan mencegah hilangnya lumpur kedalam formasi. Dari hasil pengamatan selama beberapa tahun yang lalu, telah ditemukan sekitar 350 macam lost circulation material, dengan nama produk yang berbeda-beda. Sehingga dapat mempermudah dalam pemilihan untuk kondisi-kondisi khusus. Lost circulation material berbentuk butiran kecil (granular), serpih (flakes) atau serat (fibrous). Dan diklasifikasikan mulai dari kasar, sedang dan halus. Campuran dari bahan-bahan granular, flake dan fibrous dirancang untuk menutup rekahan-rekahan kecil, lapisan gravel, zona yang permeabilitasnya tinggi.
III.3.6.1. Fibrous Material (Bahan Berserat)
Fibrous material meliputi bahan-bahan seperti ground leather atau ground sugar dari batang rotan. Material fibrous ini berupa serat kayu, serat tumbuhan, maupun serat sintetis, dengan ukuran 1/8 sampai ¾ inchi. Bahan ini paling efektif untuk menutup rongga-gongga yang besarkarena mengandung serat kasar yang dapat memberikan kemampuan membungkus dengan baik. Problem lain yang mungkin terjadi adalah penyumbatan bit jet dengan material ini.
III.3.6.2. Granular Material (Bahan Berbutir kecil)
Granular material meliputi walnut shell dan ground mica dapat diperoleh dalam ukuran yang kasar, sedang atau halus, atau 4 sampai 100 mesh menurut U.S. Standar sieve. Bahan ini biasanya cocok untuk menutup zona porous.

III.3.7. ADITIF KHUSUS
Aditif khusus dikelompokan menjadi beberapa jenis, yaitu : flocculant, corrosion control agent, defoamer, pH control, mud lubricant, dan anti differential sticking chemical.

III.3.7.1. Flocculant
Flocculant adalah merupakan polimer yang digunakan untuk mengikat padatan yang berasal dari serbuk bor agar menggumpal, sehingga mudah diambil dengan cara penyaringan atau pengendapa

Flokulasi adalah hanya merupakan metoda untuk memisahkan/mengambil padatan serbuk bor yang berukuran koloid.

 III.3.7.2. Corrosion Control Agent Corrosion control agent diklasifikasikan sebagai :
                        Inhibitor, misalnya ; amine yang membentuk lapisan film
                        Oxygen scavenger, misalnya ; sodium sulfide, dan
                        Hydrogen sulfide scavenger, misalnya ; copper carbonate, zinc compound, atau iron derivative.

III.3.7.3. Defoamer
Defoamer adalah merupakan surface active agent yang digunakan untuk memecah busa dalam lumpur pemboran. Bahan kimia ini berupa aluminium stearate, octyl alcohol, tributylophosphate, pine oil, dan organic silicon.

III.3.7.4. Pengatur pH (pH Adjuster)
Karena beberapa aditif lumpur pHnya rendah dan karena pengoperasian optimum range pH sistem lumpur, sehingga pada suatu saat perlu menambahkan bahan-bahan yang akan merubah pH sistem lumpur. Karena pada umumnhya aditif secara alamiah bersifat asam, maka jarang bahwa pHnya tinggi. Sebaliknya, biasanya pH yang terlalu rendah harus dinaikkan pH adjuster harus ditangani dengan hati-hati, dengan menggunakan suatu chemical barrel. Tidak menggunakan hopper atau dump secara langsung kedalam sistem. Secara umum, ada tiga macam pH adjuster, yaitu Sodium Hydroxide (Caustic soda), Potassium Hydroxide, dan Calcium Hydroxide. Sodium hydroxide adalah merupakan pH adjuster yang umum digunakan, sedangkan lainya biasanya digunakan untuk tujuan khusus.

Kerugian dari penggunaan bahan-bahan [engatur pH tersebut adalah :
                          Semuanya dapat menyebabkan kulit terbakar
                          Semuanya sangat korosif terhadap peralatan
                         Potassium Hydroxide dan Calcium Hydroxide mempunyai karakteristik inhibitive (menghalangi) yang kuat karena adanya ion-ion potassium dan kalsium. Kedua produk ini biasanya digunakan dalam lumpur untuk clay hidration inhibition. 

BAB IV
KARAKTERISTIK LUMPUR BOR DAN PROSEDUR PENGUJIAN

4.1 Karakteristik Lumpur Bor
Api mendefinisikan clay sebagai “material alam, berukuran sangat luas dan mengembang jika dalam kondisi basah”. Clay terbentuk dari hasil pelapukan kimiawi batuan beku dan metamorf. Sumber pembentukan utama clay yang digunakan secara komersial adalah debu vulkanik. Perlapisan debu yang terbentuk berselang seling dengan batuan sendimen, dan dapat ditambang, dengan mudah. Wyoming bentonite yang sangat terkenal adalah merupakan lapisan debu hasil pelapukan batuan beku dan metamorf. Karakteristik mineral clay adalah adanya struktur atom yang terbentuk perlapisan. Ada 3 jenis perlapisan atom clay yang menghasilkan karakteristik khusus yaitu :
a) Perlapisan tetrahedral ; terbentuk dari sebuah lembaran berbentuk seperti sarang lebah (tetrahedral), dengan pusat atom silikon yang dikelilingi oleh empat atom oksigen. tetrahedal diikat satu sama lain membentuk lembaran dengan cara membagi ketiga atom oksigen dengan tetrahedal sekelilingnya.
b) Perlapisan oktahedral; lembaran-lembaran ini terdiri dari ikatan oktahedral, yang masing-masing membentuk oleh enam atom oksigen. Ikatan tersebut dibentuk oleh –atom oksigen antara dua atau tiga oktahedral sekitarnya.
c) Perlapisan yang dapat digantikan (exchangeable layer) ; perlapisan atom atau ikatan-ikatan molekul-molekul ini merupakan struktur lemah, yang dapat digantikan dengan atom-atom atau molekul-molekul lainya. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap sifat fisik clay.


Komposisi lumpur bor dan sifat – sifat lumpur sangat berpengaruh pada pemboran. Perencanaan casing, drilling rate dan completion dipengaruhi oleh lumpur bor yang digunakan saat itu. Misalnya pada daerah dengan batuan lunak pengontrolan sifat lumpur sangat diperlukan, tetapi di daerah dengan batuan keras sifat – sifat ini tidak terlalu kritis sehingga air biasapun kadang-kadang dapat digunakan. Dapat dikatakan bahwa sifat-sifat geologi suatu daerah menentukan pula jenis lumpur yang akan digunakan.
Berbagai aditif sengaja ditambahkan kedalam lumpur untuk menghasilkan karakteristik (properties) tertentu yang diperlukan untuk menjalankan fungsinya. Lumpur bor harus bersifat thixotropis yaitu bersifat encer (cair) bila diaduk atau dipompa dan bila adukan/ pompa berhenti lumpur akan membentuk sifat seperti agar-agar (gel). Sifat ini diperlukan kalau sirkulasi terhenti karena kerusakan pompa misalnya, cuttings tetap tersangga tidak turun kedasar sumur dan menyebabkan pipa terjepit atau tergiling kembali (Regrinding) yang akan menjadi penggumpalan pada bit (bit balling). Karakteristik utama lumpur yang diperlukan untuk menjalankan fungsinya adalah;

IV.1.1. Mud Weight (Berat jenis)
Mud weight atau densitas akan memberikan tekanan hydostatis kepadalumpur yang diperlukan untuk mengimbangi tekanan formasi agar tidak terjadi blow-out ataupun hilang sirkulasi. Karena lumpur bor juga berlaku sebagai penahan tekanan formasi, dan adanya density lumpur yang terlalu besar akan menyebabkan hilang lumpur ke formasi, maka densitynya perlu disesuaikan dengan keadaan formasi – formasi yang ada didaerah setempat. Maka dalam hal ini diperlukan density yang diatur sebaik-baiknya. Lumpur yang terlampau berat dapat menyebabkan terjadinya loss circulation, sedangkan lumpur yang terlampau ringan dapat menyebabkan blow out. Untuk itulah ditambahkan Barit sebagai bahan pemberat (weighting materials) dengan SG 4,2. Densitas dibuat serendah mungkin untuk mendapatkan laju penembusan yang optimal dan untuk meminimalkan loss circulation serta mencegah well kick. Pengukuran densitas adalah dengan peralatan mud balance dengan dikalibrasikan dengan air tawar yang akan memberikan nilai 8,33 ppg.Bagian-bagian detil dari Mud balance dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Kadang-kadang pengukuran density juga dapat dilakukan dengan hidrometer

·         Densitas dinaikkan dengan menambahkan bahan :
                         Barite (BaSO4), SG 4,25 – 4,35
                         Limestone, SG 3
                         Galena (PbS), SG 7
                         Biji besi, SG 7
·         Untuk menurunkan densitas dapat dilakukan dengan :
                         menambahkan air/minyak (dilution)
                         mengendapkan pasir/padatan di sand screen

Penambahan density lumpur dilakukan pada satu cycle circulation. Viscositas harus kecil karena penambahan ini viscositas akannaik juga. Mud pit (kolam lumpur) jangan terlalu penuh (atau jika penuh maka harus dibuang sebagian) untuk keperluan penambahan air agar padatan pada lumpur tidak terlalu banyak


IV.1.2. Viscositas
Didefinisikan sebagai tahanan dalam dari fluida terhadap aliran atau gerakan. Istilah “thick mud” digunakan untuk lumpur dengan viscositas tinggi (kental), dan sebaliknya adalah “thin mud” untuk lumpur yang lebih encer. Pengukurannya dapat dilakukan dengan peralatan Mars Funnel. Tetapi peralatan ini hanya dapat mengindikasikan perubahan viscositas dan tidak dapat mengetahui kuantitas dari rheology properties seperti yield point dan plastic viscosity. Viscositas dapat diukur dengan :
                         Marsh funel
                         Stromer viscometer
                         Fann VG viscometer
                         
·         Marsh Funel berbentuk corong yang memiliki ukuran standard panjang 12 inchi, diameter bagian atas 6 inchi, serta diameter tabung bawah 3/16 inchi dengan panjang 2 inchi. Sampel lumpur sebanyak 1 quartz (946 ml) dituangkan ke dalam funel melalui saringan yang terdapat pada bagian atas dan dicatat waktu yang diperlukan denagn menggunakan stop watch untuk mengalir ke dalam gelas ukur sampai habis. Untuk air tawar akan memerlukan waktu 26 detik/quatz, lebih kurang 0,5 detik.

·         Stromer viscometer
Lumpur ditempatkan diantara dua silinder yang tengah berputar karena suatu aturan beban yang bergerak turun. Putaran permenit tergantung dari beban berat yang digantungkan, semakin berat akan semakin cepat. Dengan menggunakan standart putaran 600 RPM, maka dilakukan trial and error untuk menentukan beban mana yang harus digantungkan untuk mendapatkan putaran sebesar itu. Dengan

campuran air dan glycerine yang telah diketahui viscositasnya, density lumpur dapat ditentukan.
·         Fann VG viscometer Seperti juga pada Stromer viscometer, disini digunakan pula dua silinder, tetapi putaran silinder dilakukan oleh mesin synchron yang dapat diatur dijumlah putarannya permenit (RPM-nya 3,6,300, dan 600 RPM) dan torque yang perlu utnuk putaran tersebut dapat dibaca pada dial. Dengan alat ini (yang telah distandart ukurannya), maka hasil torque pada ukuran 300 RPM merupakan plastis viscosity lumpur (dalam satuan cp) sedangkan hasil pembacaan pada torque 300 RPM dikurangi dengan plastis viscosity merupakan yield point llumpur pada alat tersebut dalam satuan lb/100ft2.
Dikenal ada beberapa istilah viscositas :
                         Viscositas absolute. Tahanan yang diderita oleh fluida untuk mengatasi pergeseran
                         Viscositas plastis. Tahanan terhadap aliran fluida yang disebabkan oleh friksi mekanis                                            yang terdapat pada fluida. Friksi mekanis sebagai akibat dari :
                        – Interaksi partikel-partikel padatan dalam lumpur
                        – Interaksi partikel-partikel padatan dan cairan
                        – Deformasi partikel cairan karena shear stress

Viscositas akan mempengaruhi kemajuan dari pemboran apabila terlalu tinggi ataupun terlalu rendah bahkan akan mengalami problem selama pemboran yang akan meningkatkan ongkos dari pemboran yang tidak perlu. Apabila viscositas terlalu tinggi maka akan terjadi :
·         Penetration rate turun
·         Pressure loss tinggi karena terlalu banyak gesekan
·         Sukar melepaskan gas dan cutting di permukaan  
Sedangkan jika terlalu rendah akan menyebabkan :
·         Pengangkatan cutting tidak baik
·         Material pemberat lumpur diendapkan

IV.1.3. Water Loss (Filtration Loss).
Lumpur bor juga memiliki sifat filtrasi tertentu dimana bila ia kontak dengan dinding lubang bor sebagian air dari lumpur tersebut akan tersaring menembus dinding lubang bor, sedangkan partikel partikel padatnya akan membentuk lapisan tipis (filter cake/mud cake) yang menempel pada dinding lubang dan mencegah filtrat menembus lebih jauh kedalam formasi. Ini berguna agar dinding lubang tidak mudah gugur karena proses pembasahan. Kekentalan (viscositas ) juga harus dimiliki olehlumpur bor agar ia mampu mengangkut cutting kepermukaan. Pengukuran water loss dilakukan dengan menggunakan standart Filter Press, berdasarkan standard API adalah CC filtrat/30 menit pada tekanan 100 psi. Lumpur ditempatkan pada tabung yang dasarnya berfilter kertas dan diatas lumpur diberi tekanan udara/gas nitrogen/CO2. Untuk ini baik air filtrat maupun tebal mud cake dilaporkandalam percobaan. Tebal mud cake dilaporkan dam satuan per tigapuluhdua inchi. Sebenarnya pengukuran tersebut adalah statik kondisinya, yang berlaku jika sirkulasi dan pemboran berhenti, yang tentunya berbeda jika ada sirkulasi dan bit menghancurkan mud cake yang terbentuk. Filtration loss yang terlalu besar buruk efeknya terhadap formasi maupun lumpurnya, karena akan mengakibatkan formation damage, dan lumpur akan kehilangan banyak cairan. Mud cake sebaiknya tipis agar tidak memperkecil ukuran lubang bor.

Pengontrolan dilakukan dengan penambahan :
                         Penambahan kolloid (bentonite)
                         starch
                         CMC
                         Q-broxin

IV.1.4. Gel strength merupakan pembentukan padatan karena gaya tarik menarik atara plat-plat clay jika didiamkan. Sifat ini adalah dalam kondisi statis dimana clay dapat mengatur diri. Maka seiring dengan bertambahnya waktu maka akan berrtambah pula gel strengthnya. Untuk standarisasi perlu dilaporkan gel strength dua kali, pada 0 menit dan 30 menit setelah lumpur diaduk. Gel strength juga merupakan karakteristik lumpur yang penting yang mempengaruhi kemampuan membersihkan lubang dan mencegah pengendapan drill cuttings kedasar lubang.
Pengukuran gel strength dilakukan dengan


                         stromer viscometer,
                         shearometer, dan
                         fann VG meter. .

IV.2 Prosedur pengujian sifat lumpur pemboran
Pengujian – Pengujian yang sering dilakukan oleh drilling crew adalah :
1. Density lumpur
2. Viskositas dan gel properties
                        a. Marsh funnel

                        b. Direct-indicating viscometer
3. Filtration loss dan mud cake
                        a. Low pressure test
                        b. High temperature , pressure test
4. Sand Content
5. Solid Content dan Oil Content
                         
IV.2.1. Pengujian Densitas

Densitas lumpur umumnya diukur dengan mud balance dengan kemampuan akurasi 0,1 lb/gal. Mud balance dikalibrasi dengan air tawar pada suhu 70° ±5° yang akan memberikan hasil pembacaan 8,3 lb/gal.
Langkah – langkah Kalibrasi :
1. Tempatkan Mud Balance pada tempat yang rata dan datar
2. Pastikan mud balance bersih dan kering, isi dengan air tawar, tutupkan lid sambil sedikit diputar. Pastikan sedikit air keluar dari lubang lid untuk mengeluarkan sisa gas atau udara.
3. Letakkan ibu jari pada lubang lid dan tahan lid pada cup. Cuci dan seka bagian luar cup dengan kain lap dan keringkan.
4. Tempatkan balance arm pada penyangga (fulcrum) dan seimbangkan dengan menggeser rider sepanjang graduated scale sampai level buble berada persis di tengah garis.
5. Pengukuran akan menghasilkan angka 8,3 lb/gal. Apabila tidak maka atur calibration screw pada ujung balance arm. Beberapa mud balance tidak menyediakan calibration screw sehingga harus menambahkan atau mengurangi beberapi butir timah hitam melalui penutup kalibrasi.

Langkah – langkah pengukuran sampel lumpur :
1. Ukur dan catat temperatur dari sampel yang akan diukur
2. Tempatkan Mud Balance pada tempat yang rata dan datar
3. Pastikan mud balance bersih dan kering, isi dengan sampel lumpur, tutupkan lid sambil sedikit diputar. Pastikan sedikit sampel keluar dari lubang lid untuk mengeluarkan sisa gas atau udara.
4. Letakkan ibu jari pada lubang lid dan tahan lid pada cup. Cuci dan seka bagian luar cup dengan kain lap dan keringkan. Sedikit sisa sampel lumpur pada bagian arm dan cup akan mempengaruhi akurasi pengukuran.
5. Tempatkan balance arm pada penyangga dan seimbangkan dengan menggeser rider sepanjang graaduated scale sampai level buble berada persis di tengah garis.
6. Baca hasil pengukuran densitas (weight) lumpur yang ditunjukkan pada bagian kiri rider dan catatsampai dengan ketelitian 0,1 lb/gal.Laporkan densitas dalam satuan lb/gal, lb/ft3, atau SG

IV.2.2. Pengujian Viscositas dengan Mars Funel
Marsh Funel memiliki ukuran standard panjang 12 inchi, diameter bagian atas 6 inchi, serta diameter tabung bawah 3/16 inchi dengan panjang 2 inchi. Sampel lumpur sebanyak 1 quartz (946 ml) dituangkan ke dalam funel melalui saringan yang terdapat pada bagian atas dan dicatat waktu yang diperlukan untuk mengalir ke dalam gelas ukur sampai habis. Untuk air tawar akan memerlukan waktu 26 detik/quatz.

Peralatan yang diperlukan adalah :
                         Marsh Funnel
                         Pencatat waktu atau stopwatch
                         Gelas ukur atau graduated glass (viscosity cup)

Langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :
1. Tekankan jari telunjuk pada lubang irifice pada ujung bawah funel, tuangkan sampel lumpur melalui saringan funel sampai lumpur mencapai dasar dari saringan (1500 ml). Letakkan viscosity cup pada bagian bawah tip dan lepaskan tekanan jari pada lubang orifice dan mulai menghitung waktu mengalirnya lumpur sampel.
2. Stop pengukur waktu ketika level mencapai tanda 1-qt pada viscosity cup.
3. Catat waktu yang diperlukan untuk mencapai tanda 1-qt, laporkan hasil pengukuran sebagai sec/qt API
4. Ukur dan catat suhu sampel dalam °F

IV.2.3. Pengujian Kandungan Pasir dengan Retort
Oleh definisi, partikel-partikel padat yang lebih besar dari 74 mikron (200 mesh) dikelompokkan sebagai pasir API. (Satu mikron adalah seper satu-juta meter. Satu inci ada kira-kira 25,400 mikron). Penentuan yang pasti akan kandungan pasir dari lumpur pengeboran adalah perlu karena partikel-partikel ini dapat menjadi sangat abrasif, dan dapat menyebabkan pengendapan filter cake (blotong) yang tebal pada dinding lubang, atau dapat mengendap pada lubang di sekitar perkakas ketika sirkulasi dihentikan, mengganggu operasi dari perkakas pengeboran atau rangkaian casing.Padatan yang ada pada lumpur pengeboran memiliki perang yang sangat penting dalam kinerja lumpur, dan pada keseluruhan efisiensi dari operasi pengeboran. Kandungan padatan mempengaruhi sebagian besar sifat lumpur, termasuk densitas, viskositas, kekuatan gel, kehilangan fluida dan stabilitas temperatur. Padatan yang ada pada lumpur pengeboran memiliki perang yang sangat penting dalam kinerja lumpur, dan pada keseluruhan efisiensi dari operasi pengeboran. Koleh karena itu kandungan padatan mempengaruhi sebagian besar sifat lumpur, termasuk densitas, viskositas, kekuatan gel, kehilangan fluida dan stabilitas temperaturKandungan padatan memiliki pengaruh yang signifikan pada treatment lumpur. Unsur-unsur penting dari analisis padatan adalah kandungan pasir; total padatan, kandungan minyak dan air; dan kapasitas tukar katian. Pada sub bab ini, kalian akan mempelajari bagaimana melakukan tes-tes tersebut untuk masing-masing unsur-unsur ini.

1. Curahkan lumpur ke dalam Baroid Sand Content Tube sampai terisi pada tanda yang ditandai “Mud to Here.” Kemudian tambahkan air pada tanda yang diberi tanda “Water to Here.” Tutup mulut pipa dengan ibu jari dan goncang dengan kuat.
2. Curahkan adukan ini melalui saringan, hati-hati mencuci sesuautu keluar dari pipa dengan air bersih melalui saringan yang sama. Besihkan pasir yang tertahan pada saringan dengan aliran air untuk menghilangan lumpur dan partikel serpihan.

3. Cocokkan corong ke atas saringan, balikkan secara perlahan, putar ujung corong ke dalam mulut pipa, dan cuci pasir kembali kedalam pipa dengan semprotan halus air bersih pada sisi belakang saringan. Biarkan pasir diam. Amati jumlah pasir yang diam pada pipa yang dikalibrasi sebagai kandungan pasir dari lumpur.

IV.2.4. Pengujian Solid Content dan Oil Content
Pengetahuan mengenai kandungan cairan dan padatan dari lumpur pengeboran adalah penting untuk kontrol sifat lumpur yang baik. Informasi ini akan sering menjelaskan kinerja buruk dari lumpur dan menunjukkan apakah anda harus mengkondisikan lumpur dengan menambahkan air, menggunakan pengencer kimia, atau menghilangkan kontaminan tertentu. Juga, kontrol perbandingan minyak/air yang tepat dan emulsi air di dalam minyak pada lumpur dasar-minyak tergantung pada pengetahuan akan Kandungan Minyak tersebut.

1. Ambil mud chamber dari retort dan buka
2. Isi upper chamber dengan steel wool
3. Isi mud chamber dengan contoh lumpur pasang kembali lid untuk membuang lebihan lumpur dan yakinkan tidak ada udara terperangkap
4. Bersihkan sisa lumpur dan sekrupkan mud chamber kedalam upper chamber.
5. Letakkan retort kedalam isulator block dan letakkan isulator pembungkus ke tempatnya
6. Letakkan gelas ukur dibawah condenser yang telah diberikan wetting agent
7. Hubungkan pemanas dengan sumber listrik dan pemanasan dilakukan sampai minyak tidak keluar lagi atau lampu pilot pada themostatic padam.
8. Ukur volume minyak dan air.