Menurut Muhammad Abduh, agama
merupakan sebuah produk Tuhan. Tuhan juga mengajarkannya kepada umat manusia,
dan membimbing manusia untuk menjalankanya. Agama merupakan alat untuk akal dan
logika, bagi orang-orang yang ingin kabar gembira dan sedih. agama menurut
sebagian orang merupakan sesuatu hal yang menyangkut hati; suatu hal yang
sangat berarti; suatu hal yang menuntun jiwa untuk menemukan keyakinan.
Agama dengan eksistensinya telah membuatnya berbeda dengan segala apa yang
pernah ada, membuatnya berbeda dengan dengan segala yang pernah dimiliki
manusia. Agama membuat orang melakukan aktifitas yang harus bersesuaian dengan
apa yang diajarkannya, baik tuntunan itu berat ataupun ringan. Agama menjadikan
kehidupan manusia lebih teratur dalam kehidupannya, karena segala dorongan dan
keinginannya menjadi lebih terarah. Agama menjadi pemimpin roh jiwa manusia. Ia
juga berperan aktif membimbing manusia untuk memahami ajaran-ajaranya.
Diibaratkan seorang manusia layaknya seorang yang berada diujung pedang, jika
salah maka orang tersebut mati olehnya, tetapi agama agama datang sebagai
penyelamat. Apapun yang terjadi pada manusia, ia tidak akan bisa terlepas dari
agama. Sangat mustahil memisahkan kehidupan manusia dari agama. Seperti halnya menghilangkan
luka bekas operasi dari kulit manusia.
Bagi kalangan barat, agama adalah penghalang
kemajuan. Oleh karena itu, mereka beranggapan, jika ingin maju maka agama tidak
boleh lagi mengatur hal-hal yang berhubungan dengan dunia. Seorang Karl marx mengatakan
bahwa agama adalah candu masyarakat, candu merupakan zat yang dapat menimbulkan
halusianasi yang membius. Marks mendefinisikan bahwa setiap pemikiran tentang
agama dan tuhan sangat berbahaya bagi kehidupan manusia. sebagai seorang
materialisme, Marks sama sekali tidak percaya adanya Tuhan dan secara tegas ia
ingin memerangi semua agama. Dalam pernyataan Marks, sebenarnya yang dimaksud
dengan candu masyarakat merupakan kritik terhadap realitas yang tidak berpihak
pada kaum lemah. Misalnya orang yang sedang kelaparan hanya membutuhkan nasi
atau sepotong roti untuk mengisi perutnya, bukan membutuhkan siraman rohani
ataupun khutbah yang berisikan tentang kesabaran, namun tidak memperdulikan
tentang realitas sosial.
Dalam pandangan saintis, agama dan
ilmu pengetahuan mempunyai perbedaan. Bidang kajian agama adalah metafisik,
sedangkan bidang kajian sains / ilmu pengetahuan adalah alam empiris. Sumber
agama dari tuhan, sedangkan ilmu pengetahuan dari alam.Dari segi tujuan, agama
berfungsi sebagai pembimbing umat manusia agar hidup tenang dan bahagia didunia
dan di akhirat. Adapun sains / ilmu pengetahuan berfungsi sebagai sarana
mempermudah aktifitas manusia di dunia. Kebahagiaan di dunia, menurut agama
adalah persyaratan untuk mencapai kebahagaian di akhirat.
Menurut Amstal, bahwa agama
cenderung mengedepankan moralitas dan menjaga tradisi yang sudah mapan,
eksklusif dan subjektif. Sementara ilmu pengetahuan selalu mencari yang baru,
tidak terikat dengan etika, progesif, bersifat inklusif, dan objektif. Meskipun
keduanya memiliki perbedaan, juga memiliki kesamaan, yaitu bertujuan memberi
ketenangan. Agama memberikan ketenangan dari segi batin karena ada janji
kehidupan setelah mati, Sedangkan ilmu memberi ketenangan dan sekaligus
kemudahan bagi kehidupan di dunia. Misalnya, Tsunami dalam Konteks agama adalah
cobaan Tuhan dan sekaligus rancangan-Nya tentang alam secara keseluruhan. Oleh
karena itu, manusia harus bersabar atas cobaan tersebut dan mencari hikmah yang
terkandung dibalik Tsunami. Adapun menurut ilmu pengetahuan, Tsunami terjadi
akibat pergeseran lempengan bumi, oleh karena itu para ilmuwan harus mencari
ilmu pengetahuan untuk mendeteksi kapan tsunami akan terjadi dan bahkan kalau
perlu mencari cara mengatasinya.
Ilmu pengetahuan yang dipahami
dalam arti pendek sebagai pengetahuan objektif, tersusun, dan teratur. Ilmu
pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari agama. Sebut saja al-Quran, al-Quran
merupakan sumber intelektualitas dan spiritualitas. Ia merupakan sumber rujukan
bagi agama dan segala pengembangan ilmu pengetahuan. Ia merupakan sumber utama
inspirasi pandangan orang islam tentang keterpaduan ilmu pengetahuan dan agama.
Manusia memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber dan melalui banyak cara dan
jalan, tetapi semua pengetahuan pada akhirnya berasal dari Tuhan. Dalam
pandangan al-Quran, pengetahuan tentang benda-benda menjadi mungkin karena
Tuhan memberikan fasilitas yang dibutuhkan untuk mengetahui. Para ahli filsafat
dan ilmuan muslim berkeyakinan bahwa dalam tindakan berpikir dan mengetahui,
akal manusia mendapatkan pencerahan dari Tuhan Yang Maha mengetahui sesuatu
yang belum diketahui dan akan diketahui dengan lantaran model dan metode
bagaimana memperolehnya. Al-Quran
bukanlah kitab ilmu pengetahuan, tetapi ia memberikan pengetahuan tentang
prinsip-prinsip ilmu pengetahuan yang selalu dihubungkan dengan pengetahuan
metafisik dan spiritual. Panggilan al-Quran untuk “membaca dengan Nama Tuhanmu”
telah dipahami dengan pengertian bahwa pencarian pengetahuan, termasuk
didalamnya pengetahuan ilmiah yang didasarkan pada pengetahuan tentang realitas
Tuhan.
Hal ini dipertegas oleh Ibnu Sina
yang menyatakan, Ilmu pengetahuan disebut ilmu pengetahuan yang sejati jika
menghubungkan pengetahuan tentang dunia dengan pengetahuan Prinsip Tuhan. Agama
dan ilmu pengetahuan memang berbeda metode yang digunakan, karena masing-masing
berbeda fungsinya. Dalam ilmu pengetahuan kita berusaha menemukan makna
pengalaman secara lahiriyah, sedangkan dalam agama lebih menekankan pengalaman
yang bersifat ruhaniah sehingga menumbuhkan kesadaran dan pengertian keagamaan
yang mendalam. Dalam beberapa hal, ini mungkin dapat dideskripsikan oleh ilmu
pengetahuan kita, tetapi tidak dapat diukur dan dinyatakan dengan rumus-rumus
ilmu pasti. Sekalipun demikian, ada satu hal yang sudah jelas, bahwa kehidupan
jasmani dan rohani tetap dikuasai oleh satu tata aturan hukum yang universal.
Ini berarti, baik agama maupun ilmu pengetahuan, yaitu Allah. Keduanya saling
melengkapi dan membantu manusia dalam bidangnya masing-masing dengan caranya
sendiri.
Fungsi agama dan ilmu pengetahuan
dapat dikiaskan seperti hubungan mata dan mikroskop. Mikroskop telah membantu
indera mata kita yang terbatas, sehingga dapat melihat bakteri-bakteri yang
terlalu kecil untuk dilihat oleh mata telanjang. Demikian pula benda langit
yang sangat kecil dilihat dengan mata telanjang, ini bisa dibantu dengan
teleskop karena terlalu jauh. Demikian halnya dengan wahyu Ilahi, telah
membantu akal untuk memecahkan masalah-masalah rumit yang diamati oleh indera. Jika
ini hanya dilakukan oleh akal maka akan menyesatkan manusia.
Sumber
referensi : Abduh, Muhammad, Islam;
Ilmu Pengetahuan dan Msyarakat Madani,terj oleh Haris Fadillah. Jakarta:
Raja Grafindo, 2004.